• Beranda
  • Berita
  • Indonesia dinilai jauh dari ancaman krisis berkat kebijakan sinergis

Indonesia dinilai jauh dari ancaman krisis berkat kebijakan sinergis

3 April 2023 11:38 WIB
Indonesia dinilai jauh dari ancaman krisis berkat kebijakan sinergis
Arsip Foto - CEO Lippo Karawaci John Riady (kiri) berjabat tangan dengan Vice President and Head of Global Business Strategy, SoftBank Corp Hidebumi Kitahara (kanan) usai menandatangani perjanjian kerjasama PT Lippo Karawaci Tbk dengan SoftBank Corp di Jakarta, Kamis (28/11/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.

Kalau saya katakan, saat ini secara riil perekonomian nasional sangat sehat. Kita pun harus mengapresiasi kinerja tim ekonomi baik Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) maupun Bank Indonesia serta lembaga lainnya yang mampu bersinergi.

Perekonomian Indonesia diyakini bakal tumbuh solid dan sehat serta jauh dari ancaman krisis berkat kebijakan ekonomi yang sinergis dari pemerintah dan regulator dalam merespons tantangan global yang dinamis.

Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady mengatakan, gejolak perbankan di Amerika Serikat dan Eropa memang tidak lepas dari kondisi global saat ini, terutama inflasi yang tinggi dan menekan negara-negara maju, sehingga bank sentral pun mengerek suku bunga untuk memerangi inflasi tersebut.

"Kalau saya katakan, saat ini secara riil perekonomian nasional sangat sehat. Kita pun harus mengapresiasi kinerja tim ekonomi baik Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) maupun Bank Indonesia serta lembaga lainnya yang mampu bersinergi," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Baca juga: Inflasi Maret capai 0,18 persen

Meski demikian, pengusaha nasional tersebut mengungkapkan alarm kewaspadaan tetap harus dinyalakan. Apalagi saat ini masyarakat dunia memang benar-benar khawatir terhadap imbas inflasi tersebut.

Mengutip hasil survei Ipsos pada akhir Maret lalu, inflasi menjadi kekhawatiran terbesar masyarakat dunia, terutama di 12 negara yang mengalami gejolak harga seperti Prancis, Jerman, Britania Raya, Polandia, Turki, hingga Amerika Serikat.

"Nah, saat ini, gejolak harga juga berhasil diredam oleh berbagai kebijakan pemerintah. Ini sangat bagus," kata John.

Di sisi lain, saat The Fed dan Bank Sentral Eropa meningkatkan bunga hingga membuat sejumlah bank berjatuhan, kondisi inflasi di Indonesia justru tetap terjaga.

"Jadi, memang itu yang sedang terjadi dan semua krisis yang kita hadapi sembilan bulan terakhir ini, akar masalahnya inflasi. Sewaktu pasokan uang seolah disedot bank sentral, baru terlihat ada korban dari likuiditas, maka jatuhlah Silicon Valley Bank," katanya.

Baca juga: Menkeu: ASEAN jadi titik terang dan tempat stabilitas ekonomi global

John memercayai bauran kebijakan yang diterapkan Kementerian Keuangan hingga langkah Bank Indonesia dalam stabilisasi moneter masih efektif menjaga tingkat inflasi dan bahkan sukses mempertahankan di tiga persen.

Hal itu, lanjutnya, tercermin dengan penerapan kebijakan bunga acuan BI yang selalu menyasar pengendalian inflasi inti.

Saat ini, dengan tingkat bunga acuan 5,75 persen, BI menargetkan inflasi inti dan IHK sesuai target.

Secara keseluruhan, John menilai perekonomian nasional saat ini sangat solid, sehingga memungkinkan untuk mencapai target pertumbuhan di kisaran lima persen pada tahun ini.

Sebagai catatan positif lainnya, selama satu dekade, Indonesia juga keluar dari zona ekonomi rentan.

Baca juga: Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi capai 5,3 persen pada 2023

Sejauh ini, Indonesia masih bisa menikmati berkah komoditas yang tercermin dari moncernya surplus neraca dagang.

"Jadi, ini merupakan hasil kebijakan terbaik dari Bu Sri Mulyani, plus juga keberuntungan dari sisi ekspor, kita membutuhkan keduanya," tegas John.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan seluruh otoritas di Tanah Air selalu sigap merespons perkembangan global yang ada.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023