Pada pukul 07.19 GMT, indeks MOEX Rusia berbasis rubel terangkat 1,0 persen menjadi diperdagangkan di 2.475,4 poin, setelah mencapai 2.481,59 poin di awal sesi, angka terkuat sejak 6 September 2022. Sementara itu, indeks RTS berdenominasi dolar menguat 0,9 persen menjadi diperdagangkan di 1.005,6 poin.
Amerika Serikat menyebut penurunan produksi yang mengejutkan pada Minggu (2/4/3/2023) oleh OPEC+, yang mengelompokkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dengan Rusia dan sekutu lainnya, tidak bijaksana.
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, naik 5,3 persen menjadi diperdagangkan pada 84,1 dolar AS per barel, mendekati level tertinggi empat minggu.
Dalam langkah terkoordinasi, Rusia mengatakan akan memperpanjang pemotongan sukarela sebesar 500.000 barel per hari hingga akhir tahun 2023. Rusia mengumumkan pemotongan tersebut secara sepihak pada Februari setelah pengenalan batas harga oleh Barat.
Rubel tidak berubah terhadap dolar diperdagangkan pada 77,60 dan telah naik 0,2 persen untuk diperdagangkan pada 84,04 versus euro. Mata uang Rusia juga menguat 0,2 persen terhadap yuan China menjadi diperdagangkan di 11,26.
"Minyak yang melonjak seharusnya mendukung rubel, yang cukup lemah selama beberapa minggu terakhir dan menunjukkan keinginan untuk bergerak menuju angka 80," kata Alexei Antonov dari Alor Broker. "Sejauh ini, rubel tidak bereaksi positif terhadap minyak."
Baca juga: Dolar naik karena kekhawatiran inflasi setelah OPEC+ pangkas produksi
Baca juga: Minyak melonjak di Asia karena pemotongan produksi OPEC+ guncang pasar
Baca juga: Yuan tergelincir 88 basis poin menjadi 6,8805 terhadap dolar AS
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023