"Kepala misi dan komandan pasukan UNIFIL masih berkomunikasi dengan semua pihak dan kami mengimbau semua pihak untuk tenang selama masa yang sangat sensitif ini," kata Deputi Direktur Kantor Media UNIFIL Candice Ardell dalam pernyataan yang dirilis National News Agency, Kamis (6/4).
Pada Kamis malam waktu setempat, tiga roket kembali ditembakkan dari Lebanon selatan ke Kota Metula di Israel utara, tetapi tidak menelan korban, kata militer Israel dalam pernyataannya.
Insiden itu terjadi beberapa jam setelah pasukan polisi Israel melakukan aksi kekerasan selama dua hari berturut-turut di kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem Timur, menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah para jemaah Palestina.
Sebelumnya pada Kamis sore, 34 roket ditembakkan dari Lebanon hingga suara sirene bergema di seluruh wilayah Galilea di Israel utara. Sebanyak 25 roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel, sementara lima lainnya mendarat di Israel, menurut militer Israel.
Serangan tersebut merupakan salah satu serangan roket terburuk di Israel utara sejak pecahnya perang skala penuh antara Israel dan Hizbullah, kelompok Lebanon yang didukung Iran di Lebanon, pada 2006.
Laporan media Lebanon menyebutkan bahwa Israel membombardir wilayah Lebanon selatan sebagai tindakan balasan.
Israel menuding Hamas, gerakan bersenjata Palestina yang menguasai Jalur Gaza, sebagai dalang dari serangan roket yang diluncurkan ke Israel utara dari Lebanon usai Hizbullah membantah telah menembakkan roket ke Israel.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023