Kapal laut menjadi moda transportasi utama bagi masyarakat Maluku Utara untuk mudik Lebaran setiap tahunnya, baik untuk tujuan dalam wilayah provinsi kepulauan ini maupun untuk ke provinsi lain.Setiap penumpang harus memiliki tiket dan terdaftar di manifest kapal. Nakhoda dan ABK harus bebas dari narkoba dan minum keras.
Khusus untuk pemudik tujuan provinsi lain, selain menggunakan moda transportasi laut, juga tersedia moda transportasi udara melalui Bandara Sultan Baabullah Ternate, tetapi dalam setiap hari hanya bisa melayani kurang dari 1.000 penumpang akibat terbatasnya penerbangan dari dan ke daerah ini.
Seorang warga Sangaji Ternate, Indriwati, S.STP yang setiap tahun mudik Lebaran ke kampung halamannya ke Kabupaten Pulau Taliabo, menggambarkan perjalanan menggunakan kapal laut sebagai upaya yang membutuhkan bekal kesabaran tinggi dan stamina tubuh yang prima.
Sejak naik tangga kapal kemudian mencari tempat dalam kapal sesuai nomor yang tercantum di tiket sampai turun di pelabuhan tujuan, semuanya harus berdesak-desakan dengan penumpang lain dan barang bawaannya. Jadi, jika tidak memiliki kesabaran tinggi bisa terpancing emosi dan kesalapahaman di antara sesama penumpang.
Mabuk laut, pusing, dan berbagai ketidaknyamanan lainnya seperti asap rokok di dalam kapal sulit dihindari selama perjalanan. Apalagi jika kondisi perairan laut mengalami gelombang tinggi, yang selama ini menjadi karakteristik perairan Malut karena berbatasan dengan Samudera Pasifik.
Rasa takut akan terjadinya kecelakaan laut juga selalu membayangi pikiran para pemudik selama berada di kapal, terutama bagi mereka yang pernah mengalami kecelakaan laut seperti yang diakui warga Kota Ternate Syamsudin yang setiap tahunnya mudik Lebaran ke Kabupaten Halmahera Selatan.
Syamsudin pada tahun 2021--saat pulang kampung di wilayah Gane Barat Kabupaten Halmahera Selatan--, kapal yang ditumpanginya tenggelam akibat dihantam gelombang tinggi. Beruntung, ia bersama penumpang lainnya selamat, tetapi peristiwa itu menjadi trauma setiap berpergian menggunakan kapal laut.
Namun, ketidaknyamanan di atas kapal seperti yang diceritakan Indriwati dan ketakutan akan terjadinya kecelakaan laut seperti yang diakui Syamsudin tidak menyurutkan keinginan ribuan warga Maluku Utara mudik Lebaran setiap tahunnya untuk merayakan Idul Fitri bersama orang tua dan keluarga besar.
Masyarakat Maluku Utara yang mudik pada Lebaran 2023 diperkirakan mencapai 50 ribu lebih orang atau meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang kurang dari 30 ribu orang karena saat ini tidak lagi ada pembatasan perjalanan masyarakat seperti yang diterapkan saat terjadinya pandemi COVID-19.
Seluruh pemerintah kabupaten/kota di Maluku Utara telah melakukan berbagai langkah untuk menyediakan layanan moda transportasi udara dari dan ke daerah masing-masing, di antaranya membangun bandara agar tersedia moda transportasi alternatif yang bisa digunakan masyarakat, termasuk saat musim mudik Lebaran.
Sejumlah kabupaten/kota di Maluku Utara, kecuali Ternate seperti Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Timur telah dilayani transportasi udara, tetapi frekuensi penerbangannya tidak setiap hari. Begitu pula kapal terbang yang digunakan adalah pesawat kecil sehingga belum memadai untuk mendukung angkutan mudik Lebaran.
Semakin banyaknya investor yang menanam modal pada hampir seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara, di antaranya investor pertambangan, diharapkan akan kian mendorong pengembangan transportasi udara dari dan ke daerah itu sehingga masyarakat tidak lagi hanya bergantung pada moda transportasi laut.
Cegah Kecelakaan
Dinas Perhubungan Maluku Utara Kantor Kesyahbandaraan dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Ternate dan instansi terkait lainnya telah melakukan berbagai langkah demi mendukung kelancaran angkutan mudik Lebaran di provinsi ini, termasuk mencegah terjadinya kecelakaan pada semua moda transportasi yang digunakan pemudik.
Kepala KSOP Ternate Rushan Muhammad memastikan seluruh kapal yang disiapkan untuk mengangkut pemudik telah dicek kelaikan, baik oleh petugas dari KSOP Ternate maupun tim yang diturunkan dari Direktorat Jendral Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan.
Pengecekan kelaikan kapal tersebut dilakukan secara cermat dan menyeluruh, terutama pada bodi kapal, mesin kapal alat navigasi kapal dan alat keselamatan, termasuk dokumen kapal serta kelengkapan persyaratan yang dimiliki nakhoda kapal.
Posko mudik Lebaran yang melibatkan semua instansi terkait, seperti KSOP, Dinas Perhubungan, TNI/Polri dan Dinas Kesehatan telah disiapkan di setiap titik pemberangkatan pemudik, seperti di pelabuhan, bandara, dan terminal.
Dia memastikan pengawasan terhadap setiap kapal pengangkut pemudik Lebaran akan dilakukan secara ketat. Sebelum berangkat, kembali dicek kondisi kapalnya, terutama mesin, alat navigasi, dan peranti keselamatannya.
Jumlah penumpang juga tidak boleh melebihi kapasitas yang ditentukan. Setiap penumpang harus memiliki tiket dan terdaftar di manifest kapal serta dipastikan nakhoda dan anak buah kapal bebas dari narkoba dan minum keras.
Koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dilakukan setiap saat untuk mengetahui kondisi aktual perairan Maluku Utara. Jika ada cuaca buruk dan dianggap membahayakan bagi pelayaran, kapal akan ditunda keberangkatannya hingga kondisi normal.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut dalam angkutan mudik Lebaran di Maluku Utara, pemerhati transportasi di Maluku Utara, Muhammad Rian melihat pentingnya memberikan pemahaman kepada para pemudik untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri mereka, misalnya, tidak memaksakan diri naik kapal jika penumpang kapal sudah melebihi kapasitas.
Begitu pula para nakhoda, terutama di daerah yang tidak memiliki petugas dari KSOP dan instansi terkait lainnya, jangan pernah memaksakan diri untuk mengangkut pemudik Lebaran jika kondisi kapalnya mengalami gangguan atau kondisi perairan membahayakan untuk pelayaran.
Penyediaan kapal berukuran besar untuk angkutan mudik Lebaran di Maluku Utara harus diupayakan, baik oleh pengusaha pelayaran maupun pemerintah daerah, mengingat kapal yang beroperasi saat ini umumnya berukuran kecil dan telah berusia tua sehingga rawan terjadi kecelakaan saat menghadapi cuaca buruk.
Semua ikhtiar tersebut penting dilakukan agar tak ada lagi rasa takut ketika warga mudik via jalur laut.
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023