• Beranda
  • Berita
  • Saham Asia lesu, dolar menguat di tengah peluang kenaikan suku bunga

Saham Asia lesu, dolar menguat di tengah peluang kenaikan suku bunga

10 April 2023 15:48 WIB
Saham Asia lesu, dolar menguat di tengah peluang kenaikan suku bunga
Ilustrasi - Bursa saham Jepang. ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/am.

Investor mengantisipasi kegagalan bank AS bulan lalu akan memaksa Fed menurunkan suku bunga

Saham-saham Asia naik tipis pada perdagangan Senin, sementara dolar memulai pekan ini dengan menguat setelah data pekerjaan AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan depan.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,12 persen, sementara indeks Nikkei Jepang berakhir naik 0,42 persen. Pasar Australia, Hong Kong dan Eropa masih tutup untuk hari libur Paskah.

E-mini berjangka untuk S&P 500 turun 0,02 persen, sedangkan Nasdaq yang sensitif terhadap suku bunga siap untuk pembukaan yang lebih rendah dengan e-mini berjangka Nasdaq 100 melemah 0,25 persen.

Baca juga: Saham Asia menguat, data pekerjaan AS buka peluang suku bunga Fed naik

Saham China tergelincir pada Senin, dengan Indeks saham-saham unggulan CSI 300 ditutup 0,45 persen lebih rendah, sedangkan Indeks Komposit Shanghai berakhir turun 0,37 persen di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di sekitar Selat Taiwan.

China mengumumkan latihan tiga hari pada Sabtu (8/4/2023), setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen kembali ke Taipei setelah pertemuan di Los Angeles dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.

Militer China melakukan latihan blokade udara dan laut di sekitar Taiwan pada Senin, dengan sebuah kapal induk China bergabung dalam patroli tempur ketika Taipei melaporkan gelombang pesawat tempur lainnya di dekat pulau itu.

Data Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (7/4/2023) menunjukkan bahwa data penggajian non-pertanian (NFP) meningkat sebesar 236.000 pekerjaan bulan lalu, kurang dari 239.000 yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

Laporan yang diawasi ketat itu, juga menunjukkan bahwa kenaikan upah tahunan melambat tetapi tetap terlalu tinggi untuk konsisten dengan target inflasi bank sentral AS 2,0 persen.

Pasar tenaga kerja masih terlalu ketat bagi The Fed untuk menurunkan inflasi ke target 2,0 persen tanpa kenaikan suku bunga lebih lanjut, kata Mansoor Mohi-uddin, kepala ekonom di Bank of Singapore.

"Investor mengantisipasi kegagalan bank AS bulan lalu akan memaksa Fed menurunkan suku bunga tetapi para pejabat memperingatkan inflasi yang kokoh akan membuat Fed tidak mungkin melonggarkan kebijakan tahun ini."

Pasar sekarang memperkirakan peluang 66 persen Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan 2-3 Mei, naik dari 49,2 persen pada Kamis (6/4/2023) menjelang data, menurut alat CME FedWatch.

Fokus investor sekarang akan beralih ke laporan inflasi yang akan dirilis pada Rabu (12/4/2023) yang akan membentuk jalan yang akan diambil Fed dalam pertempurannya melawan harga-harga. Risalah pertemuan terakhir bank sentral pada Maret juga dijadwalkan akan dirilis pada Rabu (12/4/2023).

Dengan meningkatnya kekhawatiran resesi, investor bertaruh kekacauan dalam sistem perbankan yang dipicu oleh keruntuhan tiba-tiba Silicon Valley Bank pada Maret akan memperketat persyaratan kredit. Pedagang semakin yakin bahwa Fed akan memangkas suku bunga di paruh kedua untuk menangkal penurunan ekonomi.

Tetapi beberapa analis melihat keterputusan antara kemungkinan jalur Fed dan ekspektasi pasar.

"Tidak hanya inflasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang masih kuat membuat pemotongan tidak mungkin terjadi," menurut ahli strategi Citi. "Tapi kami melihat inflasi yang terlalu kuat sebagai penyebab kenaikan lebih lanjut." Citi memperkirakan tiga kenaikan suku bunga 25 basis poin lebih lanjut.

Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,225 persen menjadi 102,25, terangkat dari level terendah dua bulan di 101,40 yang disentuh indeks minggu lalu.

Euro turun 0,06 persen menjadi 1,0891 dolar, sementara sterling terakhir turun 0,10 persen menjadi 1,24 dolar.

Yen melemah 0,41 persen menjadi 132,69 per dolar karena gubernur bank sentral baru Jepang Kazuo Ueda mengambil alih tugasnya dari Haruhiko Kuroda. Ueda, yang masa jabatannya dimulai pada Minggu (9/4/2023), akan mengadakan konferensi pers pengukuhannya pada Senin pukul 10.15 GMT.

Baca juga: Saham Asia merosot terseret kekhawatiran resesi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023