Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak semua pihak untuk menjadikan Hari Nelayan Nasional 2023 sebagai momentum untuk melakukan revolusi pola makan melalui konsumsi ikan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani pada anak.
“Jadikan Hari Nelayan Nasional 2023 sebagai momentum dalam mengintervensi gizi bagi anak dalam pemberian protein hewani. Intervensi gizi ini menjadi salah satu strategi dalam upaya percepatan penurunan stunting dalam hal perbaikan pola makan anak,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku Utara Renta Rego dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.
Renta menuturkan dalam memperingati Hari Nelayan Nasional yang jatuh setiap tanggal 6 April itu, ikan bisa memenuhi sumber pangan dan gizi bagi masyarakat Indonesia. Mengkonsumsi Ikan menjadi salah satu sumber makan yang baik dalam perbaikan pola makan.
Sebagai salah satu sumber pangan, ikan kaya akan kandungan gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan karena mempunyai protein berupa asam lemak Omega-3 dan Omega-6 yang bermanfaat bagi kesehatan ibu dan pembentukan otak janin, vitamin, serta berbagai mineral yang sangat bermanfaat bagi ibu dan janin.
Baca juga: BKKBN: Konsumsi ikan optimalkan tumbuh kembang anak
Baca juga: Memadukan kampung KB dan kampung nelayan di tepi Selat Malaka
Kandungan protein ikan yang tinggi dan mengandung asam amino essensial juga bisa mencegah stunting.
Terlebih Data Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2021 yang mencatat Provinsi Maluku Utara menduduki peringkat kedua angka konsumsi ikan tertinggi dengan rata-rata konsumsi ikan sebesar 75,75 kilogram per kapita per tahun. Renta berharap melalui peringatan Hari Nelayan Nasional 2023 bisa menjadikan masyarakat di Maluku Utara bisa memperbaiki pola makan untuk upaya percepatan penurunan stunting.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Banten Rusman Efendi menambahkan produksi ikan sebaiknya tidak dijadikan komoditas perdagangan semata namun harus dipastikan dikonsumsi oleh tiap masyarakat.
Menurutnya, sangat penting meningkatkan kesadaran masyarakat terkait protein hewani, khususnya pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai sejak masa kehamilan sampai dengan bayi hingga anak berusia dua tahun.
Bila asupan gizi tidak mencukupi pada periode 1.000 HPK akan berdampak pada terhambatnya kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen. Oleh karenanya, edukasi masyarakat terkait pentingnya asupan makanan berprotein tinggi harus lebih ditingkatkan agar tidak terjadi pengabaian pola makan yang sehat dan bergizi bagi anak.
Termasuk pencegahan stunting kepada orang tua, hingga calon orang tua harus diberikan edukasi tentang stunting.
BKKBN juga mengapresiasi para nelayan merupakan salah satu garda terdepan yang menyumbangkan sumbangsih besar dalam percepatan penurunan stunting dalam menyediakan ikan sebagai bahan pangan berprotein tinggi.
Dengan sumber daya alam yang dikelola dengan baik bisa dikonsumsi oleh masyarakat, sebagai daerah perairan yang terbentang sangat luas, ia berharap para nelayan bisa menjadi kekuatan untuk menunjang stok ikan dan protein bagi masyarakat.
Baca juga: Menko PMK: Gencarkan kampanye gemar makan ikan guna cegah "stunting"
Baca juga: Pengamat: Konsumsi ikan di tengah pandemi tingkatkan kesehatan
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023