• Beranda
  • Berita
  • BKKBN: Luasnya perairan jadi salah satu tantangan atasi stunting

BKKBN: Luasnya perairan jadi salah satu tantangan atasi stunting

11 April 2023 11:29 WIB
BKKBN: Luasnya perairan jadi salah satu tantangan atasi stunting
Ilustrasi: Duta Parenting Maluku Widya Pratiwi Murad memberikan makanan tambahan kepada seorang anak di Desa Tamedan, Kecamatan Pulau Dullah Utara di Kota Tual, Maluku, Kamis (15/12). (HO/Biro Adpim Setda Maluku)

...saya mengajak kita semua di sisa waktu yang ada ini untuk bekerja lebih giat dan maju bersama sebagai garda terdepan dalam menurunkan stunting

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut luasnya perairan yang membentangi Indonesia menjadi salah satu tantangan dalam mengatasi masalah stunting pada anak.

“Program Percepatan Penurunan Stunting penanganannya harus tepat sasaran. Mulai dari calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca-persalinan, dan keluarga yang memiliki baduta serta balita,” kata Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku Utara Ansar Djainahu dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa.

Ansar menuturkan salah satu daerah yang sedang diamati BKKBN adalah Kabupaten Kepulauan Sula di Provinsi Maluku Utara, dengan Ibu Kota Sanana yang terletak paling Selatan dan terdiri dari 12 kecamatan dengan luas wilayah 13.732,7 kilometer persegi.

Di sana, hasil data SSGI tahun 2022 mendapati angka prevalensi balita stunting mengalami peningkatan sebesar 0,8 persen atau menjadi 28,5 persen dari tahun sebelumnya 27,7 persen. Kemungkinan naiknya angka stunting karena akses perjalanan yang sulit untuk bisa tiba di lokasi.

Baca juga: UNICEF-BKKBN bekerja sama perkuat pemantauan "stunting" di lapangan

Dari Kota Ternate saja, kata dia, akses untuk pergi hanya bisa menggunakan kapal laut dan udara. Namun jadwal penerbangan yang tidak menentu membuat jalur laut sebagai jalur yang banyak diminati. Tetapi dengan jarak tempuh 331 kilometer, waktu tempuhnya bisa mencapai 15-6 jam dengan gelombang laut yang sering tinggi.

Dengan letaknya yang cukup sulit, Ansar menilai penanganan stunting membutuhkan intervensi khusus, misalnya pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang akan menikah lebih diedukasi mengenai kesehatan reproduksi oleh tenaga kesehatan di sana, kemudian pemeriksaan kesehatan sebelum menikah, dan memetakan keluarga berisiko stunting agar penanganan stunting di daerah terluar bisa lebih tepat sasaran.

Sementara itu Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Muhlis Soamole mengatakan membutuhkan komitmen yang kuat agar angka stunting di Indonesia, khususnya di Kabupaten Kepulauan Sula, dapat turun secara signifikan. 

“Maka dari itu, saya mengajak kita semua di sisa waktu yang ada ini untuk bekerja lebih giat dan maju bersama sebagai garda terdepan dalam menurunkan stunting. Semoga di tahun 2023 stunting di Kepulauan Sula dapat turun signifikan dan menghasilkan generasi Sula yang cerdas dan sehat,” katanya.

Baca juga: BKKBN: Elsimil bisa diintegrasikan dengan portal yankes atasi stunting

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023