Rupiah pada Rabu ditutup menguat enam poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.880 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.886 per dolar AS.
"Rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS hari ini dengan berkembangnya ekspektasi Bank Sentral AS akan menghentikan kenaikan suku bunga acuannya," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Ariston menuturkan pelaku pasar kelihatannya mengantisipasi ekspektasi bahwa Bank Sentral AS akan menahan kenaikan suku bunga acuannya setelah rapat bulan Mei 2023, dengan kembali masuk ke aset berisiko. Salah satu aset berisiko yang terlihat naik adalah Bitcoin, yang sudah kembali ke area 30.000 dolar AS.
"Dini hari tadi Presiden Bank Sentral AS wilayah Philadelphia, Patrick Harker, menginginkan The Fed menahan suku bunga acuannya setelah suku bunga mencapai lima persen," ujarnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi berkembangnya ekspektasi terkait The Fed akan menahan kenaikan suku bunga acuannya antara lain adalah krisis perbankan di AS, penurunan data-data ekonomi AS seperti data survei aktivitas manufaktur, aktivitas sektor jasa, tingkat keyakinan konsumen, dan inflasi.
Data menunjukkan aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Februari. PMI manufaktur ISM naik tipis menjadi 47,7 bulan lalu dari 47,4 pada Januari, kenaikan pertama dalam enam bulan. Pembacaan PMI di bawah 50 menunjukkan kontraksi di bidang manufaktur.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.906 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.839 per dolar AS hingga Rp14.906 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu naik ke posisi Rp14.866 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.888 per dolar AS.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023