Beda takaran MSG fortifikasi dan MSG biasa

17 April 2023 23:25 WIB
Beda takaran MSG fortifikasi dan MSG biasa
Ilustrasi (Pixabay)

Guru Besar bidang Rekayasa Proses Pangan IPB Prof Dede Robiatul Adawiyah mengatakan tidak ada perbedaan takaran antara MSG fortifikasi dan biasa.

MSG atau mono sodium glutamat merupakan zat penambah rasa pada makanan yang dapat menghasilkan rasa umami atau gurih. Dalam penggunaannya, MSG akan menghasilkan rasa yang cukup kuat meskipun hanya sedikit.

Baca juga: Kreasi resep olahan sup lezat dan tinggi nutrisi

“Kalau makanan itu harus ada rasanya. (Rasa) umami senyawa standarnya adalah MSG. Untuk membuat rasa gurih atau umami, hanya menambahkan sedikit saja (sebanyak) 0,01 gram saja sudah (cukup),” kata Prof. Dede dalam gelar wicara “Cinta Pakai Micin, Why Not?” yang diadakan olehPerkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia P2MI (P2MI) di Jakarta pada Senin.

Inovasi pada bahan pangan yang semakin berkembang, salah satunya penambahan zat pelengkap atau fortifikasi menjadi umum pada MSG. Beberapa produk MSG dapat diberi tambahan zat pelengkap, seperti yodium, zat besi, dan vitamin A.

Biasanya, penambahan zat pelengkap tersebut dilakukan untuk meningkatkan status gizi dalam MSG. Meskipun MSG hanya digunakan sebagai bumbu penyedap rasa pada makanan, MSG fortifikasi dinilai dapat menjadi terobosan dalam teknologi pangan terkini.

Terdapat sedikit perbedaan kandungan antara MSG fortifikasi dan MSG biasa, tetapi tidak ada perbedaan dalam takaran penggunaannya. Menurut Prof. Dede, bahan dasar MSG fortifikasi dan MSG biasa yang sama membuat takaran penggunannya pun sama.

“Sebetulnya mungkin ada, tapi kalau dia basisnya adalah MSG kemudian di fortifikasi, basisnya tetap MSG. Kebetulan, dia MSG yang mengandung vitamin A atau yodium, misalnya. Jadi, takarannya (sesuai) takaran MSG (biasa),” ujar Prof. Dede.

Prof. Dede juga mengingatkan untuk menggunakan MSG sesuai takaran, meski menggunakan MSG fortifikasi. Hal ini untuk menghindari seseorang terkena CSR (Chinese Restaurant Syndrome), yaitu gejala kelebihan MSG seperti sakit kepala, mual, dan lemas.

Ia juga menjelaskan takaran setiap negara terhadap MSG tergantung dari kebijakan pihak pengawas makanan yang berwenang. Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM) menganjurkan untuk menggunakan MSG secukupnya agar menghindari CRS di atas.

“Kalau dilihat dari toksisitas ini (MSG) rendah. ADI (dosis yang setiap hari diperbolehkan) nya tidak dinyatakan, tetapi bervariasi,” tutur Prof. Dede.


Baca juga: Kreasi es krim berbahan MSG dihidangkan di Jakarta

Baca juga: Terungkap alasan Indomie versi Indonesia lebih enak dari negara lain

Baca juga: Dosen ingatkan manfaat asam amino glutamat bagi lansia

Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023