"Kami memilih Angsana karena tanaman tersebut lebih adpatatif dan paling kuat untuk hidup di daerah bekas tambang," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bangka, Ceppy Nugraha, didampingi Kasubid Reklamasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan, Imam Rosidi di Sungailiat, Kamis.
Angsana dinilai cepat menyesuaikan diri dengan kondisi tanah bekas tambang karena tahan panas, dan mampu bertahan hidup dengan kadar air sedikit.
Namun, diakui Imam, Angsana tidak banyak memberikan nilai tambah ekonomis.
"Angsana hanya menghasilkan oksigen dan menghambat oksigen, tapi itu juga bagus, setelah beberapa tahun dan tanah tereklamasi kita baru mengganti tanaman dengan tanaman yang lebih bernilai ekonomis," ujar Imam.
Meski demikian, BLH Bangka belum bisa menentukan jumlah Pohon Angsana yang akan ditanam.
"Kami masih harus melakukan studi dulu mengenai berapa jumlah pohon yang harus ditanam," kata Imam.
Menurut data BLH Bangka, hingga saat ini hampir 25 persen dari total luas wilayah Bangka mengalami kritis lahan.
"Seluas 76 ribu hektare lahan di Bangka dalam keadaan kritis, kalau kita mereklamasi sebanyak 3.000 hektare lahan tiap tahunnya diperkirakan dalam sepuluh tahun lahan kritis di Bangka akan pulih semua," kata Imam.
Sementara itu, hingga triwulan ketiga 2012, realisasi pelaksanaan anggaran untuk Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Kabupaten Bangka sebesar Rp27.520.000 dari alokasi dana sebesar Rp1.236.760.000.
(I027/F002)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012