"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang dirasakan masyarakat. Fokus utama kami saat ini adalah mempercepat kegiatan pemeliharaan di PLTU Jeranjang," kata Manajer PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Mataram, Wiedhyarno Arief, di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan pekerjaan pemeliharaan di PLTU Jeranjang dilakukan di salah satu peralatan utama PLTU, yakni boiler yang terindikasi mengalami penurunan temperatur.
Indikasi awal ini ditemukan dari sistem kontrol dan monitoring mesin yang berfungsi dengan baik, yang kemudian memicu sistem proteksi pembangkit bekerja.
Segera setelah ditemukan indikasi tersebut, PLN segera melakukan inspeksi menyeluruh pada boiler untuk melakukan pemeriksaan agar dampaknya tidak semakin meluas.
Arief juga menjelaskan ketel uap atau boiler merupakan alat konversi energi yang mengubah air menjadi uap dengan cara memanaskan air yang berada di dalam boiler. Selanjutnya, uap atau energi kalor yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin yang akan menghasilkan listrik.
"Jadi, sistem pembangkit memiliki proteksi untuk melindungi dan mencegah dampak yang lebih luas. Boiler ini memiliki fungsi yang sangat penting untuk beroperasinya PLTU. Apabila ditemukan indikasi, maka kami harus segera mengambil upaya yang cepat," ucapnya.
Setelah melaksanakan general inspection, PLN juga harus memastikan seluruh peralatan dalam kondisi aman sebelum dioperasikan.
Arief menambahkan setelah kondisi aman, maka PLTU bisa dioperasikan. Dari posisi mesin mati, PLTU memerlukan waktu 8-10 jam untuk bisa menghasilkan uap. Diharapkan PLTU Jeranjang akan dapat kembali masuk menyuplai Sistem Kelistrikan Lombok pada Kamis (26/4).
"Kami mohon doa, semoga upaya yang dilakukan dapat berjalan dengan aman dan lancar. Sistem Kelistrikan Lombok kembali normal sesegera mungkin," ucapnya.
PLTU Jeranjang di Desa Kebon Ayu, Lombok Barat, merupakan salah satu pembangkit terbesar yang menjadi backbone utama Sistem Kelistrikan Lombok dengan kapasitas 3 x 25 mega Watt (MW), selain PLTMGU Lombok Peaker yang berada di Ampenan, Tanjung Karang, Kota Mataram.
Pewarta: Awaludin
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023