Perusahaan pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk (kode saham: INCO) dan entitas usaha membukukan laba bersih yang meningkat 207 persen year on year (yoy) menjadi sebesar 98,1 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal I-2023.Pada kuartal I-2023, harga nikel berada pada level yang menguntungkan dan mendorong perseroan untuk membukukan laba bersih yang kuat. Kami juga diuntungkan dengan turunnya harga komoditas energi, namun, hal itu tidak menyurutkan tekad kami untuk teru
“Pada kuartal I-2023, harga nikel berada pada level yang menguntungkan dan mendorong perseroan untuk membukukan laba bersih yang kuat. Kami juga diuntungkan dengan turunnya harga komoditas energi, namun, hal itu tidak menyurutkan tekad kami untuk terus melakukan perbaikan di segala aspek bisnis,” ujar CEO dan Presiden Direktur INCO Febriany Eddy dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
Perseroan mencatatkan produksi nikel dalam matte yang meningkat 21 persen yoy pada kuartal I-2023, dibandingkan periode yang sama tahun 2022 lalu, seiring telah diselesaikannya pembangunan kembali Furnace empat tahun lalu.
Baca juga: Merdeka Battery resmi melantai di bursa raih dana Rp 9,2 triliun
Febriany menjelaskan harga realisasi rata-rata Grup pada pada kuartal I-2023 yaitu 18 persen yoy lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2022, sehingga mendorong pendapatan meningkat 19 persen yoy pada kuartal I-2023, dibandingkan pada kuartal I-2022.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan Grup turun 9 persen yoy dari 251,2 juta dolar AS pada pada kuartal I-2022 menjadi 228,2 juta dolar AS pada kuartal I-2023.
Selain kontribusi positif dari harga komoditas yang lebih rendah, pihaknya menjelaskan penurunan biaya juga didorong oleh disiplin yang kuat dalam hal pengelolaan biaya dan upaya berkelanjutan dalam meningkatkan produktivitas pada proses bisnis.
Vale Indonesia membukukan EBITDA sebesar 173,58 juta dolar AS dan mengeluarkan sekitar 58,2 juta dolar AS untuk belanja modal pada pada kuartal I-2023.
“Kami memperkirakan akan mengeluarkan sebesar 132,2 juta dolar AS untuk belanja modal keberlanjutan dan 585 juta dolar AS untuk proyek pertumbuhan (baik tambang maupun penyertaan modal) sepanjang tahun 2023,” ujar Febriany.
Baca juga: Emiten nikel Grup Harita resmi melantai di bursa, saham dibuka stagnan
Per 31 Maret 2023, perseroan mencatatkan kas dan setara kas sebesar 717,3 juta dolar AS, atau naik 13 persen yoy dibandingkan per 31 Desember 2022 yang sebesar 634,0 juta dolar AS.
Menyusul peletakan batu pertama untuk Proyek Morowali pada Februari 2023, Febriany menjelaskan perseroan dan mitra terus melaksanakan pekerjaan di lapangan, baik di lokasi tambang maupun di pabrik pengolahan.
Selain itu, sebagai bagian dari program sosial dan strategi ketenagakerjaan, perseroan memberikan pelatihan keterampilan kepada masyarakat di Kabupaten Morowali dan Pomalaa, untuk memberdayakan dan menyiapkan mereka agar memiliki kesempatan bekerja di proyek-proyek Vale.
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023