Hasil dari pertemuan kebijakan pertama Gubernur BoJ Kazuo Ueda diawasi dengan ketat. Seperti yang diharapkan, BoJ mengatakan akan mempertahankan suku bunga sangat rendah, dan dengan suara bulat memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC).
Namun, bank sentral menghapus janji untuk mempertahankan suku bunga pada "tingkat saat ini atau lebih rendah" dan mengatakan akan "melakukan tinjauan kebijakan moneter perspektif luas".
Peninjauan itu diharapkan berlangsung sekitar satu hingga satu setengah tahun dan akan meletakkan dasar bagi Ueda untuk secara bertahap menghentikan program stimulus besar-besaran pendahulunya.
Yen jatuh ke level terendah satu minggu setelah keputusan tersebut, dan bertahan 0,7 persen lebih rendah pada 134,93 per dolar AS.
"Harapan dari perubahan kebijakan agak teredam oleh tinjauan tersebut," kata Moh Siong Sim, seorang ahli strategi mata uang di Bank of Singapore, menambahkan bahwa kemungkinan lamanya tinjauan mungkin telah mengurangi harapan dari langkah yang akan segera dilakukan dalam pengaturan kebijakan.
"Untuk saat ini, hasilnya dibaca sebagai hasil yang dovish."
Namun, pada Jumat pagi data pemerintah menunjukkan harga konsumen inti di ibu kota Jepang, Tokyo, naik 3,5 persen pada April dari tahun sebelumnya, mengalahkan perkiraan pasar sebagai tanda meluasnya tekanan inflasi di ekonomi terbesar ketiga di dunia itu.
"Ini memberi tekanan pada BoJ, mereka mungkin melakukan sesuatu dalam waktu dekat," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets.
Di pasar mata uang yang lebih luas, dolar AS naik secara luas pada Jumat, mendapat dukungan dari data yang menunjukkan inflasi yang masih bertahan di Amerika Serikat, yang memperkuat ekspektasi untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan FOMC minggu depan..
Terhadap greenback, sterling turun 0,14 persen menjadi 1,2483 dolar, sementara Aussie turun 0,29 persen menjadi 0,6611 dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,22 persen menjadi 101,67, rebound dari level terendah hampir dua minggu yang dicapai pada Rabu (26/4/2023).
Namun, indeks tetap berada di jalur penurunan bulanan hampir satu persen, setelah turun sekitar 2,3 persen pada Maret.
Data yang dirilis pada Kamis (27/4/2023) menunjukkan bahwa sementara pertumbuhan ekonomi AS melambat lebih dari yang diharapkan pada kuartal pertama, belanja konsumen, yang disertai dengan kenaikan inflasi, semakin cepat.
Ukuran inflasi dalam ekonomi, indeks harga untuk pembelian domestik bruto, naik 3,8 persen pada kuartal pertama, melambat dari 3,6 persen pada kuartal keempat, sedangkan indeks harga inti PCE naik 4,9 persen pada kuartal pertama, meningkat dari 4,4 persen pada kuartal keempat.
"The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi minggu depan tetapi dengan inflasi yang tetap kokoh, kami perkirakan Fed akan tetap bertahan selama sisa tahun ini, memupus harapan perubahan kebijakan di (paruh kedua)," kata analis di Societe Generale.
Sementara itu, euro turun 0,1 persen menjadi 1,1016 dolar, tetapi tetap mendekati level tertinggi satu tahun baru-baru ini. Mata uang umum mengincar kenaikan bulanan lebih dari 1,5 persen.
Euro telah didukung oleh ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa masih harus melangkah lebih jauh dalam menaikkan suku bunga, kata para analis.
"Investor menyukai mata uang yang dapat menawarkan siklus pengetatan domestik yang sedang berlangsung dan masih ada ruang untuk kejutan hawkish pada pertemuan mendatang," kata analis ING.
"Dalam hal itu, euro adalah salah satu dari sedikit mata uang yang dapat menawarkan kombinasi tersebut saat ini."
Baca juga: Yuan tergelincir 33 basis poin menjadi 6,9240 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar menuju kerugian bulanan, yen stabil jelang keputusan BoJ
Baca juga: Rupiah menguat didukung aliran dana investor ke SBN
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023