74 rumah retak akibat pergerakan tanah

1 Januari 2013 20:37 WIB
74 rumah retak akibat pergerakan tanah
ilustrasi Tanah Longsor Warga berdiri di atas tebing yang longsor di kawasan perkebunan kopi Dusun Dempel, Candiroto, Temanggung, Jateng, Rabu (26/12). (FOTO ANTARA/Anis Efizudin)

Ada 74 rumah dari 150 rumah warga di Kampung Sukasari, Desa Sundawenang, sekarang kondisinya retak-retak karena terjadi pergerakan tanah sejak memasuki musim hujan,"

Tasikmalaya (ANTARA News) - Sebanyak 74 rumah warga mengalami retak-retak pada beberapa bagian bangunan rumah akibat pergerakan tanah yang dipicu seringnya hujan mengguyur Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Ada 74 rumah dari 150 rumah warga di Kampung Sukasari, Desa Sundawenang, sekarang kondisinya retak-retak karena terjadi pergerakan tanah sejak memasuki musim hujan," kata Kepala Desa Sundawenang, Tardi, kepada wartawan, Selasa.

Warga yang rumahnya mengalami kerusakan itu, kata Tardi, berpenghuni sekitar 40 orang yang sudah tidak menempati rumahnya masing-masing ketika turun hujan.

Penghuni rumah itu, lanjut Tardi, memilih mengungsi ke rumah sanak saudaranya karena khawatir rumahnya tiba-tiba roboh saat turun hujan deras.

"Kondisi rumahnya sekarang ini sangat parah, lantai dan dinding sudah retak-retak, makanya mereka memilih meninggalkan rumah saat hujan turun," kata Tardi.

Ia mengungkapkan, kekhawatiran warga harus meninggalkan rumahnya saat turun hujan sudah berlangsung lama, sementara pemerintah daerah belum menemukan solusi mengatasi ancaman bencana itu.

Masyarakat yang terkena dampak pergerakan tanah, kata Tardi, berharap pemerintah segera merelokasi ke tempat yang lebih aman untuk dibangun rumah.

"Warga sangat berharap ada relokasi, karena kalau masalah ini terus dibiarkan takutnya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," katanya.

Sementara itu, Kepala Unit Cegah Siaga Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tasikmalaya (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Ida Juanda mengatakan Kampung Sukasari sudah dinyatakan bahaya untuk dijadikan tempat tinggal.

Kampung yang terletak di atas bukit itu, kata Ida, merupakan daerah rawan longsor karena kondisi tanahnya labil.

"Bangunan rumah permanen disana tidak kuat sehingga mudah rusak seperti retak-retak saat terjadi pergerakan tanah," katanya.
(KR-FPM/Y003)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013