Lowongan pekerjaan AS turun untuk bulan ketiga berturut-turut pada Maret dan pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun, data menunjukkan pada Selasa (2/5/2023), menawarkan beberapa harapan bahwa pelunakan pasar tenaga kerja dapat membantu perjuangan Fed melawan inflasi.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,128 persen menjadi 101,710, setelah meluncur 0,245 persen sehari sebelumnya.
The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ketika menyimpulkan pertemuan dua hari pada Rabu dan fokus investor akan tertuju pada apakah Fed mengisyaratkan jeda atau pengetatan lebih lanjut.
Ahli strategi mata uang Bank of Singapore Moh Siong Sim mengatakan pasar mengharapkan penurunan suku bunga menjelang akhir tahun karena tekanan dalam sistem perbankan AS. Tapi, Moh berpendapat Fed mungkin berusaha untuk mengecilkan prospek suku bunga yang lebih rendah karena data menunjukkan bahwa sementara "perekonomian AS melambat, itu tidak melambat cukup cepat untuk membawa inflasi kembali ke target 2,0 persen."
Pertemuan The Fed terjadi ketika pasar keuangan AS terhuyung-huyung akibat kegagalan akhir pekan First Republic Bank yang berbasis di San Francisco serta kekhawatiran bahwa pemerintah dapat kehabisan uang tunai setelah 1 Juni tanpa kenaikan plafon utang.
Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun turun 13,3 basis poin menjadi 3,440 persen pada Selasa (2/5/2023), sedangkan imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 30-tahun turun 8,5 basis poin. Dengan Jepang tutup untuk liburan, obligasi pemerintah tidak diperdagangkan pada Rabu.
Blerina Uruci, kepala ekonom AS di T. Rowe Price, mengatakan Fed tidak mungkin siap untuk mengumumkan akhir pengetatan untuk siklus ini dan menanggung risiko data yang memaksa tangannya untuk berbalik arah.
"Tekanan sektor perbankan adalah faktor yang akan dipertimbangkan, tetapi Fed kemungkinan akan menyimpulkan bahwa kombinasi dari langkah-langkah pasar yang diumumkan sejauh ini dan sektor perbankan yang dikapitalisasi dengan baik akan memberikan ruang yang diperlukan untuk mengejar penurunan inflasi ke target 2,0 persen."
Sementara itu, euro menguat 0,23 persen menjadi 1,1024 dolar setelah naik 0,2 persen semalam menjelang pertemuan kebijakan reguler Bank Sentral Eropa pada Kamis (4/5/2023).
Data pada Selasa (2/5/2023) menunjukkan inflasi zona euro meningkat bulan lalu tetapi pertumbuhan harga yang mendasari mereda secara tak terduga, menambah argumen untuk kenaikan suku bunga yang lebih kecil dari ECB.
Menurut perkiraan di pasar derivatif, para pedagang berpikir ada peluang sekitar 85 persen untuk kenaikan ECB 25 basis poin pada Kamis (4/5/2023), dan peluang 15 persen untuk 50 basis poin.
Ryota Abe, seorang ekonom di pasar global dan departemen treasury di Sumitomo Mitsui Banking Corporation, mengatakan pasar telah menilai lebih banyak kenaikan suku bunga di kawasan euro daripada di Amerika Serikat. "Jika perbedaan suku bunga antara kedua wilayah menjadi lebih jelas, indeks dolar mungkin jatuh di bawah angka 100."
Di tempat lain, dolar Australia naik 0,11 persen menjadi 0,667 dolar AS, sehari setelah bank sentral Australia mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga menjadi 3,85 persen dan mengatakan pengetatan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menjinakkan inflasi.
Kiwi naik 0,40 persen menjadi 0,623 dolar AS, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,249 dolar, naik 0,21 persen pada hari ini.
Yen Jepang menguat 0,40 persen menjadi 136,01 per dolar, memulihkan sebagian kerugiannya dari pekan lalu ketika bank sentral Jepang mempertahankan kebijakan moneternya yang sangat longgar.
Baca juga: Dolar merosot karena lowongan pekerjaan turun, rapat Fed jadi fokus
Baca juga: Emas melonjak berada di atas 2.000 dolar dipicu potensi gagal bayar AS
Baca juga: Yen turun tajam, dolar Aussie melonjak karena RBA naikkan suku bunga
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023