• Beranda
  • Berita
  • Kader: Freezer makanan yang dimiliki food bank masih minim

Kader: Freezer makanan yang dimiliki food bank masih minim

7 Mei 2023 14:54 WIB
Kader: Freezer makanan yang dimiliki food bank masih minim
Ketua Food Bank sekaligus Kader Desa Bugel, Kabupaten Kulonprogo, DIY, Isyanti ketika ditemui ANTARA di Kulonprogo, DIY, Minggu (7/5/2023). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti/am.

Ketua Food Bank sekaligus Kader Desa Bugel, Kabupaten Kulonprogo, DIY, Isyanti mengatakan pembeku makanan (freezer) yang berada di bank makanan (food bank) untuk menyimpan beragam lauk pauk terbatas karena jumlahnya yang masih minim

“Freezer hanya satu. Itu pun kami pinjam dari Dinas Kelautan, makanya kami berharap merima bantuan, baik berupa makanan, barang atau apapun. Kami pastikan semua bantuan tersalurkan ke keluarga berisiko stunting,” kata Isyanti di Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta, Ahad.

Isyanti menuturkan sebenarnya bank makanan di Desa Bugel sudah dicanangkan sejak tahun 2002 lalu.

Keberadaannya semakin kuat, karena didukung oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai salah satu upaya alternatif dalam mempercepat penurunan angka stunting melalui pemenuhan gizi seimbang keluarga berisiko stunting.

Baca juga: Dinkes sebut kasus anemia berisiko pengaruhi angka stunting di DIY

Baca juga: Pemda DIY yakin tekan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024

Sejak dilakukan uji coba pada bulan Februari hingga April 2023, bantuan berupa makanan yang datang semakin banyak karena antusias masyarakat yang tinggi untuk mencegah anak-anak terkena stunting.

Ia mengatakan para warga biasanya menyisihkan sedikit lauk pauk yang layak untuk didonasikan pada anak-anak stunting. Para peternak ayam juga sering memberikan telurnya agar bisa dikonsumsi anak setidaknya satu telur per hari.

Hal yang sama juga dilakukan para petani setempat untuk menyumbang beras hingga aneka ragam sayur mayur dan buah.

Dari semua donasi itu, banyak lauk pauk basah yang bisa disajikan untuk hari selanjutnya. Hanya saja karena jumlah pembeku yang terbatas, para kader harus berusaha keras segera menyalurkannya serta mengolah makanan agar bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama seperti dijadikan bola-bola ikan, abon tuna atau kaki naga yang digemari anak-anak.

“Setiap dua pekan sekali kami mendistribusikan pada keluarga sasaran dalam bentuk makanan siap saji dan protein yang bisa digunakan untuk beberapa hari ke depan, sebelum mengambil lauk berikutnya. Kalau basah disalurkan langsung, kalau bisa disimpan ada di freezer dengan dua metode,” katanya.

Ada kalanya sasaran datang untuk ambil langsung, ada kalanya kita yang berkunjung, jadi dibuat fleksibel.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan fasilitas seperti peralatan dapur di bank makanan sangat ala kadarnya. Meski sudah dua kali mendapatkan bantuan dari BKKBN dalam bentuk peralatan masak seperti panci, wajan dan kompor.

Isyanti berharap dengan disorotnya bank makanan di Desa Bugel sebagai pilot project BKKBN, akan lebih banyak sesama yang berkenan membantu mengentaskan stunting baik melalui barang ataupun makanan yang kaya akan gizi.

Ia menyebutkan bagi pihak yang ingin memberikan bantuan dapat menghubunginya melalui nomor Whatsapp 0877-1274-7020.

Pj. Bupati Kulonprogo Tri Saktiyana mengatakan pemerintah akan terus berupaya mewadahi gerakan atau inovasi masyarakat melalui bank makanan, agar tidak anak atau ibu hamil yang kekurangan gizi.

Baginya tidak boleh ada satu pun anak di wilayahnya yang boleh terkena stunting. Oleh karenanya, ia mengajak semua kementerian/lembaga serta mitra terkait untuk mendukung bank makanan melalui pendekatan proses.

“Bank makanan adalah bagian dari menjaga ketercukupan gizi sekaligus menangani stunting, ini masih menjadi permasalahan tersendiri di kabupaten kita,” ujar Tri.*

Baca juga: BKKBN gelontor Rp32,9 miliar untuk penanggulangan stunting di DIY

Baca juga: BKKBN: Turunkan stunting bantu amankan bonus demografi DIY

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023