"Kita sudah menerapkan AI dan merupakan satu sistem," katanya ketika ditanya soal penerapan AI dalam acara diskusi mengenai Dentistry 2.0 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Wihan menjelaskan di dalam beberapa aplikasi yang sudah dikembangkan, terdapat beberapa dokter sudah memanfaatkan AI berupa jenis penyakit gigi yang langsung diketahui AI setelah memasukkan gejala yang dialami pasien meskipun aplikasi tersebut masih dalam pengembangan.
Salah satu contohnya adalah penerapan Digital Smile Design yang sudah banyak dilakukan di luar negeri, kata dia.
Baca juga: Unpatti akan miliki rumah sakit gigi dan mulut pertama di Maluku
Baca juga: Konsil Kedokteran Indonesia tinjau Unpatti untuk Prodi Kedokteran Gigi
Baca juga: Unpatti akan miliki rumah sakit gigi dan mulut pertama di Maluku
Baca juga: Konsil Kedokteran Indonesia tinjau Unpatti untuk Prodi Kedokteran Gigi
Digital Smile Design adalah prosedur perawatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk menunjukkan hasil perawatan gigi secara visual.
"Pasien yang ingin memperbaiki kondisi mulutnya akan dipindai dan difoto rongga dan keadaan mulutnya, kemudian diolah dengan AI," ujarnya.
Kemudian AI akan memproses gambar yang diambil dan akan keluar wajah pasien dengan senyum yang baru yang kemudian diaplikasikan di rongga mulut pasien, sambungnya.
Dokter yang praktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Sardjito, Yogyakarta, itu mengatakan di Indonesia baru sedikit dokter yang memakai aplikasi tersebut karena merupakan teknologi baru dan biaya investasi yang dikeluarkan cukup mahal.
Selain itu, bentuk keterlibatan AI dalam Dentistry 2.0 adalah dengan adanya penggunaan aligner (alat medis berbahan plastik bening yang digunakan untuk merapikan gigi yang berantakan) yang kian menggeser kawat gigi.
"Bentuk gigi pasien dicetak, kemudian akan dibuatkan aligner khusus dan perkembangannya dipantau menggunakan AI, sehingga praktik penggunaannya lebih akurat dan sesuai harapan," ucapnya.
Wihan mengatakan saat ini juga sudah berkembang teknologi stem cell pada gigi yaitu dengan menanamkan gigi baru ke bagian gigi yang sudah hilang sehingga pasien tidak perlu menggunakan gigi palsu melainkan gigi asli yang ditanamkan.
Wihan berharap kemajuan teknologi di bidang kedokteran gigi akan optimal sehingga penggunaannya dapat dimaksimalkan semua pihak.*
Baca juga: Universitas Muhammadiyah Surabaya raih SK pembukaan Kedokteran Gigi
Baca juga: Dekan: Dokter gigi perlu magang untuk pemerataan
Baca juga: Universitas Muhammadiyah Surabaya raih SK pembukaan Kedokteran Gigi
Baca juga: Dekan: Dokter gigi perlu magang untuk pemerataan
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023