• Beranda
  • Berita
  • Minyak turun di awal Asia karena kehati-hatian jelang data inflasi AS

Minyak turun di awal Asia karena kehati-hatian jelang data inflasi AS

9 Mei 2023 08:03 WIB
Minyak turun di awal Asia karena kehati-hatian jelang data inflasi AS
Foto udara menunjukkan zona kerja di ladang minyak Changqing, ladang minyak dan gas terbesar China Gansu di China barat laut. ANTARA/XINHUA/Ma Xiping/aa.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 23 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 72,92 dolar AS per barel

Harga minyak turun di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, memangkas kenaikan kuat dari dua sesi sebelumnya karena pasar tetap berhati-hati menjelang angka inflasi AS untuk April yang akan menjadi kunci keputusan suku bunga Federal Reserve berikutnya.

Harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir 31 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 76,70 dolar AS pada pukul 00.05 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 23 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 72,92 dolar AS per barel.

Pasar sedang menunggu angka inflasi harga konsumen AS untuk April yang akan dirilis pada Rabu (10/5/2023) untuk memberikan beberapa indikasi tentang keputusan suku bunga berikutnya dari bank sentral AS.

The Fed menaikkan suku bunga minggu lalu yang mungkin merupakan kenaikan terakhir dari siklus pengetatannya. Bank sentral menghapus panduan tentang perlunya kenaikan di masa depan karena tekanan inflasi mulai mereda.

Konsumen AS bulan lalu mengatakan mereka memperkirakan inflasi sedikit lebih rendah dalam waktu satu tahun, sebuah laporan menunjukkan pada Senin (8/5/2023).

Sementara pasar minyak turun tajam minggu lalu, harga naik pada Jumat (5/5/2023) dan Senin (8/5/2023) karena kekhawatiran resesi di AS, konsumen minyak terbesar dunia, mereda dan beberapa pedagang melihat penurunan minyak mentah selama tiga minggu karena kekhawatiran permintaan berlebihan.

"Pasar minyak sangat oversold dan mungkin akan terus stabil selama Wall Street masih yakin Fed akan memangkas suku bunga akhir tahun ini," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan.

Putaran pemotongan produksi sukarela oleh beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, dimulai bulan ini dan kelompok tersebut mengadakan pertemuan berikutnya pada 4 Juni.

"Harga minyak tidak akan dapat naik sebanyak itu dari sini mengingat meningkatnya semua kekhawatiran permintaan, tetapi ekspektasi tinggi untuk OPEC+ guna mencoba mempertahankan harga di atas level 70 dolar AS per barel," kata catatan Moya, dikutip dari Reuters.

Juga mendukung harga minyak, provinsi Kanada Alberta mengumumkan keadaan darurat selama akhir pekan sebagai tanggapan atas kebakaran hutan yang telah menelantarkan hampir 30.000 orang dan mendorong produsen energi untuk menutup setidaknya 280.000 barel setara minyak per hari, lebih dari 3,0 persen dari produksi Kanada.

Baca juga: Harga minyak perpanjang kenaikan karena kekhawatiran resesi berkurang
Baca juga: Harga minyak naik di Asia karena kekhawatiran resesi mulai mereda
Baca juga: Harga minyak melonjak didorong meredanya kekhawatiran resesi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023