• Beranda
  • Berita
  • Kemenkes: Epidemi HIV berkorelasi erat dengan naiknya kasus sifilis

Kemenkes: Epidemi HIV berkorelasi erat dengan naiknya kasus sifilis

11 Mei 2023 21:08 WIB
Kemenkes: Epidemi HIV berkorelasi erat dengan naiknya kasus sifilis
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi, MPHM (ANTARA/Ahmad Faizal)

Epidemi HIV, khususnya di Indonesia sangat berkaitan dengan peningkatan kasus sifilis. Baik di populasi kunci maupun pada populasi umum

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa masa epidemi HIV di Indonesia berkorelasi erat dengan naiknya kasus penyakit sifilis atau sebuah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri bernama Treponema Pallidum.

“Epidemi HIV, khususnya di Indonesia sangat berkaitan dengan peningkatan kasus sifilis. Baik di populasi kunci maupun pada populasi umum,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi di Jakarta, Kamis.

Imran membeberkan IMS merupakan salah satu penyebab permasalahan kesehatan, sosial, dan ekonomi, di banyak negara. Padahal banyak penyakit akibat IMS yang dapat dicegah dan diobati. Sayangnya terkadang karena stigma yang ada dalam masyarakat membuat penderita enggan untuk diperiksa dan malas berobat.

Padahal pengendalian HIV berhubungan erat dengan sifilis. Hal itu, kata dia, karena IMS merupakan pintu masuk infeksi HIV. Di sisi lain, sifilis dapat meningkatkan risiko tertular HIV sampai 300 kali lipat.

Baca juga: Kemenkes: Penderita sifilis melonjak 70 persen dalam 5 tahun terakhir

Kondisi yang berisiko itulah yang kemudian bisa memicu anak terlahir cacat akibat sifilis atau positif sifilis sejak berada dalam kandungan.

Akibat lainnya, infertilitas akibat gonore, angka kelahiran mati semakin meningkat, dan infeksi human papillomavirus sebagai pencetus kanker mulut rahim yang juga menjadi penyebab kematian yang cukup besar saat ini.

“Maka pengendalian IMS sudah menjadi seharusnya menjadi program yang harus dilaksanakan mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama hingga fasilitas kesehatan tingkat lanjut,” ujarnya.

Menurutnya, infeksi sifilis juga erat hubungannya dengan kaum terpinggirkan seperti kelompok risiko tinggi ibu dan anak.

Berdasarkan data yang diperolehnya, prevalensi IMS yang sangat tinggi pada populasi kunci dan populasi jembatan (bridging population) laki-laki, sementara data dari skrining sepanjang tahun 2022 menunjukkan sebanyak 0,5 persen ibu hamil terkena sifilis.

Baca juga: Kemenkes: Hindari perilaku seks berisiko guna cegah penularan sifilis

“Hasil pemodelan beban dan tren IMS di Indonesia tahun 2020, memperkirakan prevalensi sifilis pada populasi kunci lima hingga 15 kali lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum,” ujarnya.

Sebagai bentuk pencegahan agar kedua penyakit tidak semakin meningkat, Kemenkes berfokus tidak hanya pada program pengobatan saja, tetapi juga pencegahan melalui edukasi seksual kepada kelompok risiko tinggi dan juga informasi IMS pada kelompok masyarakat umum.

Secara spesifik pada layanan kesehatan Kemenkes telah mengupayakan Intervensi Perubahan Stigma dan Diskriminasi (IPSD) dengan memperkuat pelayanan kesehatan.

Pendekatan strategi yang digunakan, katanya, memastikan akses ke layanan IMS yang berkualitas tinggi untuk semua populasi, mengurangi penularan IMS dengan cepat pada populasi kunci, pasangan serta pelanggannya, serta memastikan data yang berkualitas untuk memandu respons.

Baca juga: Kenali sifilis, penyakit yang menular melalui hubungan seksual
 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023