"Mengingat keunikan Indonesia sebagai negara kepulauan dan untuk mengoptimalkan sumber daya energi terbarukan yang tersebar luas, pemerintah berencana menerapkan jaringan super grid yang modern dan terintegrasi dan program REBID," kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Jumat.
Upaya strategis tersebut dilakukan sebagai langkah percepatan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) guna mencapai target 23 persen porsi EBT dalam bauran energi nasional pada 2025, pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), dan target emisi nol bersih pada 2060.
"Kita memiliki beberapa target, yang akan diwujudkan lewat optimalisasi pemanfaatan EBT untuk supply side dan demand side melalui elektrifikasi dan efisiensi energi. Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang berlimpah, beragam, dan tersebar luas. Sejauh ini, pemanfaatannya baru 12,6 GW, sementara potensinya lebih dari 3.600 GW," ungkap Dadan.
Dadan juga menjelaskan program super grid ditujukan untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan, menjaga stabilitas dan keamanan transmisi, mengatasi ketidaksesuaian antara sumber energi terbarukan dan lokasi permintaan energi listrik yang tinggi, serta menyediakan dan memperluas akses energi.
Sementara, REBID merupakan upaya percepatan pemanfaatan energi terbarukan dalam skala besar di daerah yang memiliki potensi sumber energi terbarukan yang melimpah dan beban energi rendah.
Program tersebut dilakukan melalui penciptaan permintaan untuk mengintegrasikan pembangunan regional dan industri, menarik investasi, dan meningkatkan pembangunan ekonomi daerah.
"Programnya berupa pengembangan terintegrasi pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi skala besar dengan pengembangan industri serta sinergi pengembangan EBT dengan pengembangan klaster ekonomi," ujar Dadan.
Konsep itu, lanjutnya, akan digunakan pertama kali untuk pengembangan Taman Industri Hijau di Kalimantan Utara.
Daerah yang berlimpah dengan sumber energi air tersebut merupakan lokasi Kawasan Industri Tanah Kuning yang akan menjadi tuan rumah beberapa industri hijau baru, seperti bahan bakar terbarukan, hidrogen hijau, baterai energi baru, katoda ternary, dan green aluminium.
"Apabila program REBID dijalankan, maka besar investasi yang dibutuhkan untuk interkoneksi dapat berkurang. Dan, yang perlu kita tekankan adalah transisi energi bersih di negara berkembang tidak hanya akan menguntungkan lingkungan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan," ujar Dadan.
Baca juga: Menteri ESDM: Kapasitas terpasang pembangkit EBT capai 12,5 GW
Baca juga: Bertemu Menteri Investasi Arab, Bahlil bahas peluang investasi EBT
Baca juga: PLN tambah kapasitas energi baru terbarukan jadi 41,82 MW di NTB
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023