• Beranda
  • Berita
  • IPOT sarankan sembilan saham yang berpeluang untung minggu ini

IPOT sarankan sembilan saham yang berpeluang untung minggu ini

15 Mei 2023 11:21 WIB
IPOT sarankan sembilan saham yang berpeluang untung minggu ini
Ilustrasi - Karyawan mengambil gambar menggunakan ponselnya layar yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww/aa. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

setidaknya terdapat dua sentimen positif yang mendasari analisanya terhadap saham-saham tersebut sekaligus perlu diperhatikan para investor, yaitu dari segi domestik dan eksternal.

PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyebutkan, sembilan saham berpeluang untung sehingga dapat menjadi pertimbangan para investor pada minggu ini atau selama empat hari perdagangan.

Saham tersebut yaitu ICBP (Support: 10,575, Resistance: 11,250), INDF (Support: 6,575, Resistance: 6,925), AMRT (Support: 2,840, Resistance: 3,070), EXCL (Support: 1,810, Resistance: 2,110), ISAT (Support: 7,450, Resistance: 8,100), BIRD (Support: 1,770, Resistance: 1,900), PWON (Support: 468, Resistance: 500), GOTO (Support: 103, Resistance: 129), dan ASII (Support: 5,975, Resistance: 6,475).

Equity Analyst IPOT Mino melalui keterangan resminya di Jakarta, Senin, mengatakan, setidaknya terdapat dua sentimen positif yang mendasari analisanya terhadap saham-saham tersebut sekaligus perlu diperhatikan para investor, yaitu dari segi domestik dan eksternal.

Baca juga: IHSG BEI diperkirakan variatif seiring surplus neraca perdagangan

Dari domestik ada sentimen neraca perdagangan April, sementara itu dari eksternal terdapat sentimen perkembangan harga komoditas penjualan ritel AS di bulan April serta batas atas utang Amerika dan bank regional.

"Meskipun turun, namun pada Maret lalu neraca perdagangan tercatat masih surplus 2,91miliar dolar AS dan pada April neraca perdagangan diprediksi akan kembali surplus sebesar 3,33 miliar dolar AS. Sementara itu terkait sentimen penjualan ritel di Amerika, Maret lalu penjualan ritel di Amerika kembali turun hanya tumbuh 2,3 persen yoy dari sebelumnya +5.2 persen yoy,” kata Mino.

Pada minggu lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi sebesar -1,2 persen dengan penurunan paling signifikan disumbang oleh sektor barang baku sebesar -3,9 persen, sektor energi -1,8 persen dan sektor kesehatan sebesar -1,1 persen.

Namun penurunan itu masih bisa ditahan oleh tiga sektor terbesar, yakni sektor properti dan real estate sebesar 4,4 persen, konsumer non-primer 3,7 persen serta transportasi dan logistik 3,2 persen.

Setidaknya terdapat empat sentimen negatif yang membuat pasar (market) terkoreksi pada pekan lalu, yakni pelemahan harga komoditas energi dan mineral logam, berlanjutnya aksi jual investor asing, kembalinya kekhawatiran krisis perbankan regional AS dan masih buntunya pembicaraan batas atas utang AS.

"Kekhawatiran akan potensi resesi ekonomi di Amerika seiring belum adanya sinyal pemangkasan suku bunga di tahun ini dan ekspektasi pemulihan ekonomi di China yang tidak sebaik sebelumnya sejalan dengan semakin dalamnya deflasi di tingkat produsen menjadi sentimen negatif utama di pasar komoditas. Sementara itu penguatan nilai tukar dollar Amerika yang juga turun memberikan katalis negatif tambahan," ujar Mino.

Baca juga: IHSG BEI Senin dibuka menguat 10,37 poin

Sementara itu, masih terdapat empat sentimen positif yang menahan laju IHSG sehingga tidak semakin terkoreksi lebih dalam, yakni naiknya indeks keyakinan konsumen bulan April, naiknya penjualan ritel di bulan Maret, masuknya GOTO ke Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Global dan kembali turunnya inflasi AS.

Mino menjelaskan, pada Maret penjualan ritel tumbuh 4,9 persen yoy, meningkat cukup signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya naik 0,6 persen yoy. Peningkatan terjadi pada beberapa kelompok, terutama pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, barang budaya dan rekreasi serta sub-kelompok sandang.

Pada April lalu, inflasi pada tingkat produsen di Amerika juga kembali turun menjadi 2,3 persen yoy dari sebelumya 2,7 persen yoy. Angka Inflasi tersebut juga lebih rendah dari konsensus yang memprediksikan inflasi sebesar 2,4 persen.

 

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023