Suhu udara di Ibu Kota Beijing diperkirakan mencapai 36 derajat Celcius pada hari itu.
Kota-kota padat penduduk seperti Jinan, Tianjin, dan Zhengzhou diperkirakan akan mengalami lonjakan suhu hingga 37 derajat Celcius.
China telah mengalami gelombang panas di beberapa wilayah sejak Maret.
Provinsi Yunnan belum lama ini dilanda suhu lebih dari 40 derajat Celcius.
Suhu yang tinggi membebani pasokan listrik karena jutaan rumah mulai menggunakan AC.
Badan Meteorologi China telah memperingatkan daerah-daerah untuk bersiap menghadapi lebih banyak gelombang panas ekstrem tahun ini.
Gelombang panas secara sporadis terjadi menjelang musim panas, yang memicu kekhawatiran di sektor pertanian.
Kerusakan tanaman bisa mengerek harga pangan, memperburuk inflasi, dan membebani ekonomi China, saat negara itu sedang berusaha bangkit dari keterpurukan setelah kebijakan ketat nol COVID-19 selama tiga tahun dicabut.
Yunnan, yang dikenal sebagai wilayah berudara sejuk, sejak awal tahun sampai 20 April hanya menerima curah hujan setinggi 35 mm, menurut televisi pemerintah CCTV.
Curah hujan di Kunming, ibu kota provinsi itu, kurang dari 8 mm, yang merupakan angka terendah sejak pencatatan dimulai.
Para pakar cuaca menuding perubahan iklim akibat pemanasan global sebagai pemicu terjadinya cuaca ekstrem belakangan ini.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi bahwa fenomena cuaca El Nino kemungkinan besar akan terjadi lagi tahun ini.
"El Nino kemungkinan besar akan meningkatkan suhu global dan memperbesar kemungkinan pecahnya rekor suhu tertinggi," kata Sekretaris Jenderal WMO Petri Taalas.
Sumber: Reuters
Baca juga: China alami musim panas & gugur terpanas dalam 60 tahun pada 2022
Baca juga: China perkuat upaya amankan panen di tengah gelombang panas
Shanghai cetak rekor saat gelombang panas membakar China timur
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023