Minyak berjangka datar di perdagangan Asia pada Selasa sore, setelah sebagian besar data yang lebih lemah dari perkiraan dari China mempersuram prospek permintaan dari importir minyak mentah utama dunia itu, sementara rencana AS mengisi ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR) menopang harga.Pasar mendapat dorongan dari ekspektasi bahwa pembelian kembali minyak AS untuk cadangan strategis akan berlanjut jika harga WTI turun mendekati atau di bawah 70 dolar AS per barel
Minyak mentah berjangka Brent naik tipis satu sen, menjadi diperdagangkan di 75,24 dolar AS per barel pada pukul 06.50 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun tipis satu sen, menjadi diperdagangkan di 71,10 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan naik lebih dari satu persen pada Senin (15/5/2023), membalikkan penurunan beruntun tiga sesi.
Baca juga: Minyak naik di Asia didorong rencana AS isi SPR, kebakaran di Kanada
Departemen Energi AS mengatakan pada Senin (15/5/2023) akan membeli 3 juta barel minyak mentah buat SPR untuk pengiriman pada Agustus, dan meminta agar penawaran diajukan paling lambat 31 Mei.
"Pasar mendapat dorongan dari ekspektasi bahwa pembelian kembali minyak AS untuk cadangan strategis akan berlanjut jika harga WTI turun mendekati atau di bawah 70 dolar AS per barel," kata Toshitaka Tazawa, analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
"Di balik kenaikan itu juga ada bargain-hunting oleh beberapa investor setelah penurunan tajam baru-baru ini," katanya.
Harga minyak berada di bawah tekanan di akhir sesi karena data dari China - menunjukkan produksi industri dan pertumbuhan penjualan ritel di bawah perkiraan pada April - mengindikasikan ekonomi nomor dua dunia itu kehilangan momentum pada awal kuartal kedua.
Namun, kenaikan 18,9 persen dalam throughput (tingkat pengolahan) kilang minyak China pada April dari tahun sebelumnya ke rekor tertinggi kedua membantu mempertahankan harga minyak mentah.
Dengan kilang membangun stok menjelang musim perjalanan musim panas, impor minyak mentah Mei oleh China bergerak menuju 11 juta barel per hari dibandingkan 10,67 juta barel per hari pada April, kata Refinitiv Oil Research.
Selain itu, throughput pada Juni di China diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,5 persen bulan ke bulan, data yang dikumpulkan dari Wood Mackenzie menunjukkan.
"Permintaan di China terus menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Data transportasi menunjukkan peningkatan penggunaan mobil, sementara perjalanan udara internasional meningkat," kata analis ANZ.
Di sisi pasokan, kebakaran yang meluas di Alberta, Kanada, yang memaksa lebih dari 30.000 orang mengungsi dari rumah mereka, menutup sedikitnya 319.000 barel setara minyak per hari atau 3,7 persen dari produksi nasional.
Pasokan minyak mentah global juga bisa mengetat di paruh kedua karena OPEC+ - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia - merencanakan pengurangan produksi tambahan.
Produksi minyak AS dari tujuh cekungan serpih terbesar akan naik pada Juni ke rekor tertinggi, data dari Badan Informasi Energi menunjukkan.
"Dengan begitu banyak ketidakpastian seputar lingkungan makro, kurangnya sinyal kuat dari pasar fisik kemungkinan akan membuat harga minyak tetap di bawah tekanan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Analis CMC Markets, Leon Li mengatakan situasi ekonomi makro global dan fundamental permintaan-pasokan energi Eropa akan menjadi pendorong harga utama pada paruh kedua tahun 2023.
Baca juga: Minyak naik dipicu kekhawatiran pasokan, hentikan penurunan tiga hari
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023