• Beranda
  • Berita
  • Wall Street ditutup lebih rendah di tengah ketidakpastian plafon utang

Wall Street ditutup lebih rendah di tengah ketidakpastian plafon utang

17 Mei 2023 08:26 WIB
Wall Street ditutup lebih rendah di tengah ketidakpastian plafon utang
Ilustrasi - Para pialang sedang bekerja di lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat. ANTARA/Reuters/pri

Saham-saham Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).

Saham-saham Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor mempertimbangkan kekhawatiran pembicaraan plafon utang yang dapat menyebabkan gagal bayar dan laporan pendapatan mengecewakan dari Home Depot.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 336,46 poin atau 1,01 persen, menjadi menetap di 33.012,14 poin. Indeks S&P 500 terpangkas 26,38 poin atau 0,64 persen, menjadi berakhir di 4.109,90 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 22,16 poin atau 0,18 persen, menjadi ditutup pada 12.343,05 poin.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan real estat dan energi memimpin penurunan dengan masing-masing terpangkas 2,61 persen dan 2,54 persen. Sektor komunikasi dan teknologi melawan tren dengan naik masing-masing 0,59 persen dan 0,16 persen.

Presiden AS Joe Biden bertemu dengan para pemimpin kongres untuk putaran kedua negosiasi batas utang pada Selasa (16/5) sore.

Ketua DPR Kevin McCarthy mengatakan kepada wartawan bahwa masih mungkin untuk mencapai kesepakatan pada akhir pekan untuk menaikkan batas pinjaman dan menghindari bencana ekonomi gagal bayar paling cepat 1 Juni.

Gedung Putih mengatakan Selasa (16/5) bahwa Biden akan mempersingkat perjalanan internasionalnya yang akan datang, mengingat kebuntuan tentang pagu utang.

Kebuntuan pagu utang yang genting di Washington semakin menarik perhatian investor. Sampai saat ini, anggota Parlemen AS telah gagal menyetujui untuk meningkatkan batas utang, yang telah mulai mendistorsi beberapa pasar, menurut catatan baru-baru ini oleh ahli strategi Principal Asset Management.

"Karena kedua belah pihak tahu apa yang dipertaruhkan, gagal bayar tidak mungkin terjadi. Namun, setiap hari mendekati batas waktu 1 Juni Departemen Keuangan tanpa resolusi kemungkinan akan meningkatkan volatilitas di pasar, memangkas permintaan aset-aset berisiko AS, dan bahkan mempercepat resesi," kata catatan tersebut.

Investor juga mencerna data penjualan ritel dan perkiraan lemah dari Home Depot, yang memangkas prospeknya setelah penjualan kuartal pertama turun lebih dari yang diharapkan, sebuah tanda bahwa orang Amerika memangkas pengeluaran mereka untuk rumah.

Biro Sensus AS melaporkan Selasa (16/5) bahwa penjualan ritel AS meningkat 0,4 persen pada April secara bulan ke bulan, lebih rendah dari perkiraan konsensus 0,7 persen. Penurunan bulan ke bulan pada Maret direvisi menjadi -0,7 persen dari -1 persen.

Investor juga mendengar dari beberapa gubernur bank sentral yang memberi sinyal bahwa mereka mengharapkan suku bunga tetap tinggi atau bahkan lebih tinggi.

Presiden Federal Reserve Richmond, Thomas Barkin mengatakan pada Selasa (16/5) bahwa bank sentral masih ingin diyakinkan bahwa inflasi terkendali dan dia akan mendukung kenaikan suku bunga dana federal lebih lanjut jika diperlukan.

Federal Reserve belum mencapai titik di mana suku bunga cukup ketat, kata Presiden Federal Reserve Cleveland, Loretta Mester.

Sementara itu, Presiden Fed New York John Williams mengatakan pada hari yang sama bahwa "perlu beberapa saat bagi keputusan kami untuk sepenuhnya mempengaruhi ekonomi," menunjukkan bahwa dia merasa nyaman dengan pendekatan tunggu dan lihat.
Baca juga: Wall Street ditutup turun tipis karena sentimen konsumen AS merosot
Baca juga: Wall St naik tipis, data manufaktur angkat kekhawatiran pelambatan AS

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023