• Beranda
  • Berita
  • ChatGPT dipakai terapi kesehatan mental, baik atau buruk?

ChatGPT dipakai terapi kesehatan mental, baik atau buruk?

19 Mei 2023 10:13 WIB
ChatGPT dipakai terapi kesehatan mental, baik atau buruk?
Ilustrasi - Logo OpenAI dan ChatGPT. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/am.
Pemanfaatan ChatGPT kini merambah dunia terapi kesehatan mental seiring seorang pengguna TikTok yang menunjukkan pengikutnya saat melakukan percakapan dengan bot kecerdasan buatan (AI) itu.

Dia seperti disiarkan Health pada Sabtu (13/5) waktu setempat menginstruksikan bot untuk bertindak sebagai terapis, meminta dukungan dan nasihat tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu.

ChatGPT menjawab kehadirannya untuk mendukung dan menawarkan saran lalu mengajukan pertanyaan lanjutan tentang kekhawatiran kreator dan menawarkan solusi yang memungkinkan. Teknologi itu juga merekomendasikan agar mereka mencari bantuan profesional jika kecemasan mereka masih terasa luar biasa.

Baca juga: Pembuat berita bohong melalui ChatGPT ditangkap di China

Terlepas dari respons bot yang tampaknya baik terhadap pertanyaan tentang masalah kesehatan mental, sejumlah pakar kesehatan setuju menggunakan AI sebagai pengganti terapi tradisional belum merupakan pilihan aman.

Profesor psikiatri di Stanford University Bruce Arnow, PhD mengatakan ada kekhawatiran ChatGPT atau chatbot AI lainnya memberikan informasi yang tidak masuk akal atau tidak akurat terkait pertanyaan.

Menurut dia, ChatGPT sendiri memperingatkan pengguna bahwa teknologi terkadang dapat menghasilkan informasi yang salah, terkadang dapat menghasilkan instruksi berbahaya atau konten yang bias.

Di luar ini, asisten profesor konselor pendidikan di University of West Georgia Uwamahiro Williams menemukan beberapa masalah dengan mencoba menggunakan AI sebagai terapis. Salah satunya, terapis dilatih dan dilisensikan, yang berarti mereka harus mempertahankan standar praktik tertentu, sementara AI tidak memiliki pedoman yang sama.

“Jika terjadi sesuatu, lalu siapa yang bertanggung jawab?” kata dia.

Di sisi lain, menggunakan AI sebagai terapis dapat menjadi masalah privasi bagi sebagian orang. Dalam kasus ChatGPT, situs tersebut mengumpulkan dan merekam percakapan, yang katanya digunakan untuk melatih AI dengan lebih baik. Pengguna dapat memilih keluar, menghapus akun mereka atau menghapus percakapan mereka dari sistem ChatGPT setelah 30 hari.

Selain itu, saran dari bot dapat disalahartikan oleh orang yang mencari bantuan dan justru dapat memperburuk keadaan dalam jangka panjang.

Jadi aman gunakan AI sebagai pilihan terapi? Arnow termasuk yang agak skeptis terkait AI bot bisa cukup maju untuk memberikan bantuan seperti terapis manusia. Namun, Uwamahoro Williams berpendapat AI berpotensi digunakan sebagai tambahan terapi tradisional.

“Platform ini dapat digunakan sebagai pelengkap pekerjaan yang Anda lakukan secara aktif dengan penyedia kesehatan mental profesional,” kata Uwamahoro Williams.

Untuk saat ini, ChatGPT mungkin berguna dalam membantu orang memeriksa diri mereka sendiri untuk gangguan kesehatan mental. Bot dapat memandu seseorang (melalui gejala umum) untuk memutuskan apakah dia memerlukan bantuan atau diagnosis profesional.

AI juga dapat membantu melatih konselor baru dan membantu psikolog mempelajari lebih lanjut tentang strategi mana yang paling efektif.

Bertahun-tahun ke depan seiring kemajuan AI, itu mungkin memiliki lebih banyak aplikasi dalam terapi, tetapi itu mungkin tidak cocok untuk semua orang.

Baca juga: Bard dan Chat GPT akan temukan pasar masing-masing

Baca juga: Kata pakar tentang ChatGPT untuk perencanaan menu makan

Baca juga: ChatGPT mampu menjawab soal-soal pada ujian radiologi

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023