• Beranda
  • Berita
  • Minyak naik di Asia di tengah ketidakpastian pemotongan pasokan OPEC+

Minyak naik di Asia di tengah ketidakpastian pemotongan pasokan OPEC+

26 Mei 2023 15:52 WIB
Minyak naik di Asia di tengah ketidakpastian pemotongan pasokan OPEC+
Dokumentasi. Sebuah rig pengeboran sedang beroperasi di Texas, Amerika Serikat (REUTERS /Nick Oxford) (Antaranews.com) (Antaranews.com/)

Ada beberapa tanda bahwa pertumbuhan permintaan global tidak mungkin mendekati perkiraan tahun sebelumnya

Harga minyak sedikit menguat di perdagangan Asia pada Jumat sore, karena pasar mempertimbangkan pesan yang bertentangan tentang pasokan dari Rusia dan Arab Saudi menjelang pertemuan kebijakan OPEC+ berikutnya dan kekhawatiran pertumbuhan permintaan yang lebih lemah dari perkiraan.

Minyak mentah berjangka Brent terdongkrak 6 sen menjadi diperdagangkan di 76,32 dolar AS per barel pada pukul 06.27 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 18 sen menjadi diperdagangkan pada 72,01 dolar AS per barel.

Baca juga: Minyak stabil di Asia, pasar tunggu kejelasan langkah OPEC selanjutnya

Harga acuan minyak menetap lebih dari dua dolar AS lebih rendah per barel pada Kamis (25/5/2023), setelah Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengesampingkan prospek pengurangan produksi OPEC+ lebih lanjut pada pertemuannya di Wina pada 4 Juni.

Namun demikian, kedua harga acuan masih siap membukukan kenaikan minggu kedua sedikit di bawah satu persen.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Rabu (24/5/2023) bahwa harga energi mendekati tingkat yang "dibenarkan secara ekonomi", juga menunjukkan tidak akan ada perubahan langsung pada kebijakan produksi grup.

Pernyataan mereka kontras dengan komentar minggu ini dari Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, pemimpin de facto Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memperingatkan short sellers atau mereka yang bertaruh harga minyak akan turun untuk "berhati-hati".

Beberapa investor menafsirkan bahwa komentar menteri energi Arab Saudi tersebut sebagai sinyal OPEC+ dapat mempertimbangkan pengurangan produksi lebih lanjut.

Dolar yang lebih tinggi, yang telah menguat untuk sesi kelima terhadap sekeranjang mata uang utama, karena data menunjukkan ekonomi AS tangguh bahkan setelah siklus kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve, membatasi pergerakan harga ke atas.

Greenback yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan.

Kekhawatiran pertumbuhan permintaan yang lebih lemah dari perkiraan secara global juga membebani prospek investor.

"Ada beberapa tanda bahwa pertumbuhan permintaan global tidak mungkin mendekati perkiraan tahun sebelumnya. China, yang merupakan sekitar setengah dari sebagian besar perkiraan, tampaknya semakin tidak mungkin mencapai perkiraan siapa pun untuk tahun 2023," kata Citigroup dalam sebuah klien catatan.

"Kami akan melihat beberapa dari jumlah permintaan ini berkurang dalam waktu dekat dan itu akan terus menyeret sentimen pasar minyak dalam waktu dekat," kata Suvro Sakar, analis energi utama di DBS Bank.

Sisi positifnya, pasokan Mei dari OPEC+ dan Rusia sebagian besar telah turun sejalan dengan kesepakatan sebelumnya untuk pengurangan produksi lebih lanjut.

Pada minggu lalu, anggota OPEC+ yang menyetujui pemotongan sebelumnya telah mengurangi ekspor mereka sebesar 1,5 juta barel per hari, sementara ekspor Rusia turun 400.000 barel per hari dari puncaknya masing-masing pada 25 April, dengan total ekspor dari produsen dalam aliansi OPEC+ turun 1,4 juta barel per hari per bulan pada 23 Mei, kata analis JP Morgan dalam sebuah catatan.

Baca juga: Harga minyak jatuh karena prospek penurunan produksi yang lebih kecil

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023