• Beranda
  • Berita
  • Akademisi ungkap cara membangun empati secara digital

Akademisi ungkap cara membangun empati secara digital

26 Mei 2023 19:37 WIB
Akademisi ungkap cara membangun empati secara digital
Tangkapan layar aktivis dan akademisi wanita nasional Siti Musdah Mulia membawakan materi pada acara diskusi ilmiah bertajuk Membangun Empati Lintas Batas yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (26/5/2023). ANTARA/Sean Filo Muhamad.
Aktivis dan akademisi wanita nasional Siti Musdah Mulia mengungkapkan bagaimana cara untuk membangun empati meskipun tidak bertatap muka secara langsung.

"Pertama protect your secret, lindungi privasi, proteksi informasi pribadi," katanya pada acara diskusi ilmiah bertajuk Membangun Empati Lintas Batas yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

​Musdah mengatakan setiap orang harus bijak dalam berbagi informasi yang bersifat pribadi karena dapat mencegah seseorang dari gangguan dan kejahatan.
 
Kemudian, sambungnya, setiap orang harus memiliki kemampuan critical thinking (berpikir kritis) untuk tidak mudah percaya dengan semua yang ada di internet serta mencoba berpikir kritis dahulu sebelum membagikan suatu informasi.

Baca juga: Kemendikbudristek: Etika berbahasa perlu disosialisasi di era medsos

Baca juga: Pentingnya terapkan etika berinternet cegah konflik di media sosial

 
Selanjutnya adalah dengan menjadi warganet yang baik hati dengan tidak menghakimi seseorang dan sebaliknya dengan menjadi warganet yang berani melaporkan kepada pihak berwajib jika menemukan konten negatif.
 
"Konten negatif seperti halnya pelecehan, fitnah, penyulut kemarahan, pencurian identitas, gambar yang berbau pornografi, dan sebagainya," tambah wanita yang memperoleh Penghargaan Wanita Pemberani Internasional dari Pemerintah Amerika Serikat pada 2007 silam itu.
 
Musdah menegaskan kepada setiap orang agar tetap menjaga etika dalam berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata sopan dalam berkomunikasi antar sesama individu pada situs jejaring sosial.
 
Ia menyatakan dalam suatu percakapan di media sosial cukup banyak ditemui kata-kata kasar dalam percakapan tersebut baik secara disengaja maupun tidak.
 
Selain itu, tambahnya, setiap orang harus memandang penting hasil karya orang lain. Jika menyebarkan suatu informasi baik berupa tulisan, foto, video, dan sejenisnya milik orang lain, maka sumber informasi tersebut wajib dicantumkan sebagai bentuk penghargaan hasil karya orang lain.
 
"Hindari penyebaran SARA dan pornografi, serta bacalah berita secara keseluruhan dan jangan hanya menilai dari judulnya," imbuhnya.
 
Dia mengingatkan kepada setiap orang bahwa kebebasan berekspresi harus tetap berpegang pada etika komunikasi dan pengendalian diri yang baik.

Baca juga: Pentingnya menahan diri dalam berekspresi di media sosial

Baca juga: Aktivis: Pentingnya literasi digital untuk penggunaan medsos

 

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023