Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero) Salyadi Saputra saat menjadi pembicara di Nikkei Forum, Tokyo, Jepang pada Jumat (26/5).
Salyadi mengatakan, salah satu contoh dekarbonisasi adalah mengganti alat-alat produksi minyak atau gas sehingga menghasilkan karbon yang rendah.
"Kalau mau mengurangi karbon harus berkorban, keluar duit atau enggak untungnya sedikit karena biayanya lebih besar dari kenaikan harga," ujar Salyadi di Jepang, Jumat.
Menurut Salyadi, meski Pertamina merupakan perusahaan energi yang produksinya masih didominasi oleh bahan bakar fosil, namun memiliki komitmen kuat untuk melakukan transisi energi menuju energi terbarukan sesuai dengan target pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.
Pertamina berambisi menjadi perusahaan energi global terkemuka dan diakui ramah lingkungan, memiliki tanggung jawab sosial dan tata kelola yang baik. Komitmen ini mengimplementasikan The Environment, Sustainability and Governance (ESG) Framework di semua lini bisnis perusahaan, serta mendorong keberlanjutan bisnis di masa mendatang.
Lebih lanjut, Pertamina juga telah menyusun strategi untuk mendukung transisi energi dengan mengalokasikan capital expenditur (Capex) untuk energi rendah emisi dan pengembangan energi baru terbarukan atau renewable energy dengan meningkatkan target di Pertamina Energy Mix dari satu persen di tahun 2021 menjadi 17 persen di tahun 2030, termasuk porsi Gas dari tiga persen menjadi 19 persen di periode yang sama.
Sedangkan Produk Refined dan LPG diperkirakan akan turun secara signifikan dari 96 persen pada tahun 2021 menjadi 64 persen pada tahun 2030. Sasaran tersebut telah dikoordinasikan dengan pemerintah Indonesia, memastikan telah selaras dengan target Bauran Energi Indonesia.
Tujuan ini juga didukung oleh strategi investasi jangka panjang Pertamina. Capex kumulatif Pertamina hingga 2060 untuk Inisiatif Bisnis Hijau diperkirakan sekitar 140 miliar dolar AS, untuk Biofuel, sumber energi Terbarukan, CCS/CCUS, Ekosistem Baterai dan EV, Hidrogen, dan Bisnis Karbon.
"Kita perlu yang namanya kolaborasi dari semua stakeholder, antara kita, pemerintah, penyedia pendanaan, partner-partner untuk teknologi dan sebagainya, ini semua harus berkolaborasi sehingga tidak ada kekhawatiran masuk ke energi yang lebih hijau, jadi lebih rugi," kata Salyadi.
Baca juga: Pertamina dinilai garda terdepan dekarbonisasi capai target nol emisi
Baca juga: PGE jajaki kerja sama energi hijau dengan perusahaan Jepang
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023