Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan bahwa penguatan rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa sore ini lebih rendah dibanding penguatan saat pembukaan karena pelaku pasar kembali fokus pada faktor eksternal.(Adapun faktor eksternalnya) data-data ekonomi AS yang akan mempengaruhi arah kebijakan suku bunga the Fed.
"(Adapun faktor eksternalnya) data-data ekonomi AS yang akan mempengaruhi arah kebijakan suku bunga the Fed," ujar dia ketika ditanya Antara di Jakarta.
Pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank mengalami penguatan sebesar 0,20 persen atau 30 poin dari sebelumnya Rp14.890 per dolar AS menjadi Rp14.860 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak dari Rp14.819-Rp14.872 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah menguat dipengaruhi antisipasi investor terkait data inflasi RI
Pada Selasa pagi, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank menguat 0,47 persen atau 70 poin menjadi Rp14.820 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.890 per dolar AS.
"Penguatan rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi ini lebih disebabkan oleh faktor domestik, yaitu tren penurunan laju inflasi Mei 2023 yang masih berlanjut, surplus transaksi perdagangan dan kenaikan cadangan devisa. Sementara dari faktor eksternal masih menunjukkan pelemahan, di antaranya data PMI (Indeks Manajer Pembelian) sektor jasa AS," ungkapnya.
Baca juga: BI optimistis nilai tukar rupiah menguat Rp14.600-Rp15.100 pada 2024
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga mengingatkan bahwa pasar perlu mewaspadai sentimen yang tidak terlalu bullish untuk aset berisiko. Indeks saham Asia bergerak beragam dan nilai tukar regional bergerak sedikit melemah terhadap dolar AS.
"Potensi penguatan ke arah Rp14.850 (per dolar AS), dengan potensi pelemahan ke arah Rp14.950 (per dolar AS)", ucap dia.
.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023