• Beranda
  • Berita
  • Sejumlah fakta mengenai produk tembakau alternatif

Sejumlah fakta mengenai produk tembakau alternatif

13 Juni 2023 20:06 WIB
Sejumlah fakta mengenai produk tembakau alternatif
Ilustrasi - Vape atau rokok elektrik. ANTARA/Pixabay.
Fakta mengenai produk tembakau alternatif masih terbatas dan belum banyak diketahui masyarakat, khususnya terkait profil risiko dan pemanfaatannya.

Padahal, di berbagai negara yang maju dari aspek ilmu pengetahuan, produk dari hasil pengembangan inovasi dan teknologi ini dimanfaatkan sebagai alternatif bagi perokok dewasa yang ingin terus menggunakan produk tembakau.

Berikut sejumlah fakta terkait produk tembakau alternatif yang perlu diketahui.

1. Turunkan prevalensi merokok

Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, telah dimanfaatkan berbagai negara untuk mengurangi prevalensi merokok. Sebut saja Swedia, Inggris, Selandia Baru, dan Jepang yang berhasil menurunkan angka prevalensi merokoknya dalam beberapa tahun terakhir.

Swedia telah menjadi negara yang mendukung produk tembakau alternatif di Eropa. Berkat dukungan dan pemanfaatan ini, angka prevalensi merokok di Swedia turun dari 15 persen menjadi 5,6 persen dalam 15 tahun terakhir.

Turunnya prevalensi merokok turut berdampak positif terhadap rendahnya persentasi penyakit yang berkaitan dengan merokok, yaitu sekitar 41 persen. Persentase ini lebih kecil dibandingkan negara-negara lainnya di Benua Biru.

Prof. Karl Fagerstrom, yang juga penulis "The Swedish Experience: A Roadmap for a Smoke-Free Society" seperti dilaporkan Businesswire.com menyebutkan bahwa akan sangat bermanfaat bagi dunia jika lebih banyak negara yang menerapkan strategi seperti Swedia sebagai upaya mengurangi prevalensi merokok, khususnya perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaan merokok ke produk yang lebih rendah risiko

Pada 2021, prevalensi merokok di Inggris sekitar 13,3 persen atau setara 6,6 juta jiwa, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 14 persen. Adapun prevalensi merokok di Selandia Baru turun dari 16,6 persen pada 2015 menjadi 9,4 persen pada 2021 Produk tembakau alternatif mulai diperkenalkan di Negara Kiwi tersebut pada 2015 lalu.

Pemanfaatan produk tembakau alternatif juga membantu Jepang dalam menurunkankan tingkat prevalensi merokok dari 25,8 persen pada 2010 menjadi 20,1 persen, pada 2020.

2. Memiliki profil risiko lebih rendah daripada rokok

Masih banyak yang beranggapan produk tembakau alternatif sama bahayanya dengan rokok. Faktanya, berdasarkan sejumlah kajian ilmiah baik di dalam dan luar negeri telah membuktikan produk ini lebih rendah risiko daripada rokok.

Bukti ini diperkuat dengan kajian ilmiah bertajuk “Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2018” oleh Public Health England (saat ini bernama UK Health Security Agency), divisi dalam Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial di Inggris. Berdasarkan riset tersebut, produk tembakau alternatif mampu mengurangi risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok.

Selain lebih rendah risiko daripada rokok, produk tembakau alternatif terbukti dua kali lebih efektif dibandingkan terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapies) dalam membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaannya. Hasil kajian ilmiah ini yang menjadi landasan bagi Inggris, Jepang, Selandia Baru, dan Swedia untuk mendorong penggunaan produk tembakau alternatif.

Lalu bagaimana dengan hasil penelitian di Indonesia? Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) melakukan kajian ilmiah dengan judul “Respon Gusi Pada Pengguna Vape Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Eksperimental)”.

Penelitian klinis tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif memberikan dampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada pengguna rokok elektrik dibandingkan perokok.

“Hasil temuan ini membuktikan bahwa pengguna rokok elektrik yang telah berhenti dari kebiasaan merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi, sama seperti yang dialami oleh non-perokok,” kata Dr. Amaliya, drg., Ph.D, salah satu anggota kajian ilmiah tersebut dalam keterangannya.

Baca juga: Akademisi: Perlu kajian multidisiplin untuk produk tembakau alternatif

3. Komitmen asosiasi cegah perokok anak

Meski terbukti secara ilmiah minim risiko kesehatan, produk ini tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun, non-perokok, ibu hamil dan menyusui. Tujuan dihadirkannya produk ini untuk membantu perokok dewasa yang memutuskan untuk terus menggunakan produk tembakau atau nikotin.

Oleh karenanya, para asosiasi pelaku usaha terus mengedukasi kepada anggota dan masyarakat bahwa produk tembakau alternatif hanya diperuntukkan bagi perokok dewasa.

“Kami secara konsisten dan berkelanjutan memberikan edukasi. Hal ini akan mempersempit ruang penyalahgunaan bagi mereka yang tidak memenuhi kriteria untuk menggunakan produk ini,” ujar Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Aryo Andrianto.

Ketua Aliansi Vapers Indonesia (AVI) Johan Sumantri juga mendukung upaya yang dilakukan asosiasi pelaku usaha. Sebagai perwakilan konsumen, dia mendorong kepada anggotanya untuk berpartisipasi dalam menyebarkan informasi produk tembakau alternatif kepada publik.

“Kami siap berkolaborasi dengan teman-teman pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya dalam menggaungkan kampanye larangan penggunaan produk tembakau alternatif oleh anak-anak di bawah umur 18 tahun,” ucapnya.

4. Pemerintah Inggris bagikan 1 Juta rokok elektrik

Dukungan Pemerintah Inggris terhadap penggunaan produk tembakau alternatif guna menekan angka prevalensi merokok direalisasikan dengan mendorong satu juta perokok dewasa untuk beralih ke produk tersebut. Kementerian Kesehatan Inggris menargetkan negaranya untuk bebas dari rokok mulai tahun 2030.

Dengan mendukung skema swap to stop atau beralih untuk berhenti, pihaknya akan membagikan perlengkapan produk tembakau alternatif secara gratis kepada satu juta perokok.

Laman Gov.uk, Selasa waktu setempat melaporkan bahwa Menteri Kesehatan Inggris, Neil O’Brien akan menawarkan satu juta perokok sebuah bantuan baru untuk berhenti. Pihaknya akan mendanai skema nasional ‘beralih untuk berhenti' – yang pertama di dunia.

Baca juga: Produk tembakau alternatif disebut bisa kurangi prevalensi perokok

Baca juga: Perlunya edukasi risiko kesehatan produk tembakau alternatif

Baca juga: Peneliti ungkap tembakau alternatif berisiko kesehatan rendah

 

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023