“Jamaah yang masuk kategori risti agar menghitung betul kondisi kesehatannya, jangan memaksakan diri sehingga membuat kondisi kesehatan mereka makin buruk,” kata Arsad, di Mekkah, Selasa.
Menurut dia, ada pandangan lain bahwa ibadah di Tanah Haram keutamaan ibadahnya sama dengan orang yang melakukan ibadah di Masjidil Haram.
Arsad mengatakan saat transportasi di Mekkah padat, jamaah agar melakukan aktivitas di hotel karena setiap hotel ada masjid atau mushola.
Selain itu jika ada jamaah yang melakukan ibadah sunah harap memperhatikan kondisi kesehatan agar selalu sehat dan prima sehingga rukun haji dapat dilaksanakan.
“Buat mereka yang masih muda fisiknya masih kuat silahkan saja, tapi kami sarankan untuk menyimpan tenaga untuk puncak haji,” kata Arsad.
Faktor penyakit bawaan atau komorbid, menurut Arsad yang menjadi penyebab tingginya jamaah yang masuk dalam kondisi resiko tinggi (risti).
“Kondisi fisik mereka yang lemah serta penyakit bawaan dari Tanah Air ditambah aktivitas mereka yang cukup padat membuat jamaah sakit,” kata Arsad.
Arshad mengatakan jamaah kloter pertama yang mendarat di Madinah telah melakukan ibadah Arbain selama 8 hari sehingga menguras fisik jamaah sebelum melanjutkan aktifitas ibadah haji di Mekkah.
“Kalau kondisi memungkinkan monggo melakukan ibadah Arbain tapi kalau tidak mungkin jangan paksakan dan membuat kondisi mereka memburuk,” kata Arsad.
Menurut data Klinik Kesehatan Haji Indonesia jamaah dengan umur 50-59 tahun menempati peringkat kedua jamaah dengan kondisi risti.
Baca juga: Indonesia usulkan sejumlah peningkatan layanan haji dalam rapat OKI
Baca juga: Menag nilai keterlambatan penerbangan haji dinamika wajar
Pewarta: Wahyu Putro Arinto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023