“Kami baru saja melakukan mealtest dengan pihak Masyariq untuk layanan konsumsi jamaah haji selama di Masyair, Arafah – Muzdalifah – Mina. Kami merasakan rasa makanan yang akan disajikan seperti apa,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief, di Kantor Masyariq, Mekkah, Senin (19/6).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Dubes RI di Saudi Abdul Aziz, Irjen Kemenag Faelsa AH, Ketua PPIH Arab Saudi yang juga Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid, Direktur Bina Haji Arsad Hidayat, Direktur Pengelolaan Dana Haji Jaja Jaelani, Jubir Kemenag Anna Hasbie, serta Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam.
“Kami melihat ada nasi dan lauk pauk, ada rendang, ikan, mangut lele, dan lain sebagainya. Juga ada bubur kacang dan menu sarapan lainnya. Ini jenis makanan yang akan disajikan selama mereka di masyair,” kata Hilman.
Sajian menu nusantara yang akan dihidangkan kepada jamaah haji Indonesia saat puncak haji itu disiapkan oleh Masyariq atau Muassasah dan memastikan cita rasa dan kualitas makanannya dengan melakukan uji rasa makanannya (mealtest).
Menu masakan yang diuji rasa adalah makanan siap saji agar lebih memudahkan saat pelayanan dan rasa makanan juga terjaga di Armina.
Menu lauk siap saji tersebut, katanya, akan dipadu dengan nasi putih yang dikemas dalam kotak (boks) dan jamaah haji juga akan mendapatkan buah-buahan dan air mineral seperti yang mereka dapat saat di hotel Mekkah.
Hilman menambahkan menu masakan siap saji ini merupakan produk Indonesia, dimana pihak masyariq selaku mitra Kemenag bekerja sama dengan perusahaan di Indonesia dalam proses penyediaannya.
“Kami perlahan dan terus bersemangat menjalin komunikasi dengan mitra kami di Saudi agar mereka mulai lebih banyak gunakan produk Indonesia. Ini masyariq bekerja sama dengan perusahaan di Indonesia untuk gunakan produk Indonesia. Kita sudah mendorong selain rasa, produknya juga dari Indonesia,” katanya.
Subhan Cholid menambahkan selama di Armuzna, jamaah haji Indonesia akan mendapatkan 15 kali makan dan ada dua jenis makanan yang diberikan, yaitu: makanan siap saji dan makanan yang dimasak di dapur-dapur yang ada di Arafah dan Mina.
Menu makanan siap saji diberikan kepada jamaah pada waktu-waktu tertentu. Pertama, makan siang pada 8 Zulhijah. Ini bersamaan dengan pergerakan jamaah dari Mekkah menuju Arafah, sehingga begitu jamaah datang, sudah langsung tersedia makanan.
Kedua, makan siang pada 9 Zulhijjah (saat puncak wukuf) agar jamaah tidak disibukkan oleh antrian mendapatkan makanan dan dengan makanan siap saji, maka konsumsi jemaah bisa dibagikan lebih awal.
Ketiga, makan malam pada 9 Zulhijah, tepatnya pada saat jamaah akan mulai bergerak menuju Muzdalifah.
Keempat, sarapan pagi pada 10 Zulhijah, saat jamaah baru tiba di Mina. Ini juga dimaksudkan agar begitu jamaah tiba di Mina, sudah ada makanan.
Kelima, makan siang pada saat jamaah akan meninggalkan Mina, baik pada 12 Zulhijah untuk Nafar Awal maupun 13 Zulhijah untuk Nafar Tsani.
“Di luar jam-jam itu, makanan di Armuzna akan disajikan secara reguler berupa masakan yang dimasak di dapur-dapur yang ada di Arafah dan Mina,” katanya.
Baca juga: PPIH: Ini alur pergerakan jamaah Indonesia saat puncak haji
Baca juga: Menag tiba di Arab Saudi untuk mengecek persiapan Armuzna
Pewarta: Nur Istibsaroh
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2023