• Beranda
  • Berita
  • Dolar menguat jelang kesaksian Powell, pound naik karena inflasi panas

Dolar menguat jelang kesaksian Powell, pound naik karena inflasi panas

21 Juni 2023 15:17 WIB
Dolar menguat jelang kesaksian Powell, pound naik karena inflasi panas
Ilustrasi - Mata uang Euro, dolar Hong Kong, dolar AS, yen Jepang, pound, dan uang kertas 100 yuan China. ANTARA/REUTERS/Jason Lee/aa.
Dolar menguat di sesi Asia pada Rabu sore, menjelang penampilan Ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres di mana ia diperkirakan akan memberikan nada hawkish, sementara pound sterling naik sedikit setelah data inflasi Inggris lebih panas dari perkiraan.

Laju tahunan kenaikan harga konsumen Inggris stabil di 8,7 persen pada Mei, berlawanan dengan harapan bahwa harga telah mendingin sejak April. Sterling sempat naik sejauh 0,3 persen terhadap dolar menjadi 1,2803 dolar sebelum kembali ke 1,2765 dolar.

Sterling juga naik tipis terhadap euro dan yen, karena para pedagang bertaruh Bank Sentral Inggris (BoE) perlu menaikkan suku bunga. Pasar sekarang memperkirakan kenaikan 150 basis poin lagi untuk mencapai puncaknya pada 6,0 persen dalam waktu satu tahun.

Euro bertahan di 1,0914 dolar di perdagangan Asia, sementara yen tergelincir sedikit ke 141,80 per dolar karena risalah Bank Sentral Jepang dan pejabat terjebak pada sikap dovish serta para pedagang mengalihkan fokus mereka ke Fed.

Powell akan memulai kesaksiannya di hadapan Kongres pada pukul 14.00 GMT.

"Meskipun telah berhenti minggu lalu, pejabat Fed ... secara mengejutkan masih secara agresif memperkirakan kenaikan 50 basis poin lagi hingga akhir 2023," kata analis mata uang di Maybank.

"Sangat penting untuk melihat apakah (Powell) akan lebih kuat mengarahkan poin bahwa Fed serius tentang kenaikan 50 basis poin lagi atau memberi kesan bahwa mereka 'bergantung data'," kata mereka. "Yang pertama mungkin berbuat lebih banyak untuk memberikan dukungan tambahan untuk mengirim indeks dolar dan imbal hasil lebih tinggi."

Sementara itu, ada sedikit selera untuk naik baik dari yuan atau dolar Australia, yang telah terpukul oleh pemulihan ekonomi China yang goyah dan kurangnya stimulus utama.

China menetapkan kurs tengah yuan lebih lemah dari yang diperkirakan pada Rabu dan mata uang itu meluncur ke palung baru tujuh bulan di 7,1987 dalam perdagangan dalam negeri, sementara yuan di luar negeri melemah melewati 7,2 terhadap dolar.

Aussie telah terpukul lebih lanjut berkat risalah bank sentral pada Selasa (20/6/2023) yang kurang hawkish dari perkiraan setelah kenaikan suku bunga bulan ini. Dolar Australia turun 0,9 persen semalam dan terakhir dibeli 0,6786 dolar AS.

"Jalur resistensi terkecil adalah penurunan lebih lanjut," kata ahli strategi Commonwealth Bank of Australia Joe Capurso.

"Aussie bisa turun di bawah 0,6700 minggu ini, terutama jika Powell hawkish," katanya.

Dolar Selandia Baru terseret lebih rendah menembus di bawah rata-rata pergerakan 50 hari sebelum stabil tepat di atas rata-rata pergerakan 200 hari di 0,6178 dolar AS.

Indeks dolar AS sedikit lebih kuat di 102,60. Bitcoin memperpanjang kenaikan semalam hingga menembus 29.000 dolar AS untuk pertama kalinya sejak akhir Mei, dibantu oleh peluncuran bursa kripto baru yang didukung oleh Fidelity, Citadel Securities dan Charles Schwab.

Baca juga: Rupiah pada Rabu pagi melemah jadi Rp15.009 per dolar AS
Baca juga: Yuan merosot 199 basis poin menjadi 7,1795 terhadap dolar AS
Baca juga: Wall Street berakhir melemah, hentikan reli jelang kesaksian Powell

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023