Dolar naik di awal sesi Asia pada Jumat pagi, mendapat dukungan dari penghindaran risiko karena komentar hawkish dari bank-bank sentral global, termasuk Federal Reserve, memicu kekhawatiran bahwa pengetatan moneter agresif mereka dapat mendorong ekonomi ke penurunan yang lebih dalam.Indeks dolar AS naik 0,05 persen terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya menjadi 102,44
Sterling berjuang untuk mempertahankan keuntungan dari kenaikan suku bunga 50 basis poin yang lebih besar dari perkiraan oleh Bank Sentral Inggris (BoE) pada Kamis (22/6/2023) sebagai tanggapan terhadap inflasi yang kokoh, dengan para pedagang juga khawatir tentang resesi Inggris.
Sementara, suku bunga yang lebih tinggi biasanya mendukung mata uang, risiko bahwa mereka akan memicu penurunan ekonomi telah mendorong beberapa investor untuk mencari aset-aset safe-haven seperti dolar AS.
Pound terakhir 0,07 persen lebih rendah pada 1,2740 dolar, setelah melonjak sebentar setelah kenaikan BoE ke level tertinggi hampir satu tahun, sebelum ditarik kembali lebih rendah. Sterling berada di jalur untuk kerugian mingguan lebih dari 0,5 persen, menghentikan kenaikan tiga minggu berturut-turut.
"Dengan Bank Sentral Inggris akan menaikkan suku secara substansial lebih lanjut, kami memperkirakan ekonomi Inggris akan berada di bawah tekanan baru pada akhir 2023, dan memperkirakan pertumbuhan akan stagnan atau bahkan ekonomi akan berkontraksi," kata Nick Bennenbroek, ekonom internasional di Wells Fargo.
"Hanya setelah ada tanda-tanda yang lebih jelas dari perlambatan pertumbuhan dan perlambatan inflasi, kami yakin faktor-faktor tersebut akan meyakinkan Bank Sentral Inggris untuk mengakhiri siklus pengetatannya."
Lira Turki meluncur ke rekor terendah 25,589 terhadap dolar AS, setelah bank sentral Turki menaikkan suku bunga 650 basis poin menjadi 15 persen pada Kamis (22/6/2023) meleset dari ekspektasi.
Dalam mata uang lain, dolar naik secara luas dan berdiri di dekat level tertinggi lebih dari tujuh bulan terhadap yen di 142,90. Mata uang Jepang berada di bawah tekanan baru karena Bank Sentral Jepang (BoJ) terus mempertahankan sikap ultra-dovish-nya dalam menghadapi rekan-rekannya yang hawkish di tempat lain.
Data yang keluar pada Jumat menunjukkan bahwa harga konsumen inti Jepang bertahan di atas target BoJ 2,0 persen selama 14 bulan berturut-turut, sementara data terpisah menunjukkan aktivitas manufaktur jatuh kembali ke kontraksi pada Juni dan pertumbuhan sektor jasa-jasa melambat untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan.
Euro tergelincir 0,04 persen menjadi 1,0950 dolar, sementara indeks dolar AS naik 0,05 persen terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya menjadi 102,44.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada Kamis (22/6/2023) bahwa bank sentral akan memindahkan suku bunga dengan "langkah hati-hati" dari sini, dengan sejumlah besar orang di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memperkirakan lebih banyak kenaikan suku bunga.
Pasar uang sekarang memperkirakan peluang 74 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakannya bulan depan.
Bank Sentral Swiss (SNB) dan Bank Sentral Norwegia juga mengisyaratkan bahwa pengetatan lebih mungkin terjadi setelah mereka menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin dan 50 basis poin pada Kamis (22/6/2023).
"Sebagian besar bank-ban sentral Barat sekarang lebih hawkish dari yang diproyeksikan sebelumnya," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets, dikutip dari Reuters.
"Inflasi panas dan suku bunga juga masih naik. Sekarang ada perlambatan pertumbuhan ekonomi, (yang mungkin) bisa menyebabkan potensi resesi juga. Jadi sentimen sebenarnya tidak bagus."
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun 0,16 persen menjadi 0,6746 dolar AS, setelah turun hampir 0,6 persen pada Kamis (22/6/2023), sementara dolar Selandia Baru turun tipis 0,05 persen menjadi 0,6174 dolar AS, setelah turun 0,4 persen di sesi sebelumnya.
Baca juga: Dolar AS menguat didukung taruhan kenaikan suku bunga lebih lanjut
Baca juga: Emas jatuh karena dolar menguat setelah Powell dukung suku bunga naik
Baca juga: Dolar tergelincir di Asia, kesaksian Powell tawarkan sedikit kejutan
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023