"Tantangan pertama ialah pertumbuhan jumlah penumpang pesawat," kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Di Indonesia, kata dia, jumlah penumpang pesawat diyakini terus tumbuh. Data IATA (International Air Transport Association) menyebutkan pada tahun 2018 Indonesia merupakan pasar penerbangan terbesar ke-10 di dunia, pada tahun 2028 naik menjadi terbesar ke-5 di dunia, kemudian pada tahun 2038 naik kembali menjadi terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penumpang pesawat mencapai 451 juta penumpang.
Hal itu dikatakan dalam seminar nasional Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045 yang digelar oleh Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) di Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Sabtu.
"Ekosistem sektor transportasi udara harus benar-benar siap, terkait pola distribusi, suplai, angkutan kargo hingga kaitannya dengan pariwisata," lanjut Awaluddin.
Selanjutnya tantangan kedua adalah pengembangan teknologi, baik di bandara maupun di pesawat.
Menurut Awaluddin, pengembangan bandara dengan konsep smart airport tentunya tidak bisa dihindari dan ini sudah dilakukan AP II sejak 2016. Pengembangan teknologi yang diharapkan ke depannya juga terkait operasional pesawat, yakni penggunaan pesawat listrik (electric) dan hybrid.
Tantangan ketiga terkait dengan peningkatan aspek operasional dan infrastruktur guna berdampak pada peningkatan kapasitas bandara dan load factor di setiap penerbangan, termasuk juga peningkatan pelayanan dan operasional.
Adapun tantangan keempat dan kelima terkait dengan lingkungan, yakni penggunaan sustainable aviation fuel (SAF) sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan terkait dengan emisi karbon.
Awaluddin menekankan bahwa sektor penerbangan nasional harus memperhatikan keberlanjutan. Bandara AP II sudah mulai menggunakan energi baru terbarukan (EBT) di sejumlah bandara. Pada tahun 2021—2028 di 20 bandara AP II akan dioperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas total 26 megawatt peak (MWp).
Ia optimistis sektor penerbangan nasional mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
"Tantangan yang ada dapat dihadapi dengan pengembangan ekosistem penerbangan yang terdiri atas air transport, travel, dan tourism. Pengembangan ekosistem penerbangan ini dapat dilakukan dengan konsep Indonesia Aviaconomics," ujarnya.
Di dalam konsep Indonesia Aviaconomics, kata Awaluddin, suatu bandara memiliki ekosistem yang memberikan dampak ekonomi secara luas dengan membuka ribuan, bahkan puluhan ribu lapangan pekerjaan, serta memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi.
Baca juga: AP II kerahkan 4.633 petugas layani penerbangan masa liburan
Baca juga: AP II: Keberangkatan calon haji di enam bandara berjalan lancar
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023