Diaspora di Jepang mempromosikan budaya Indonesia melalui aroma teh Indonesia dalam festival yang digelar Rumah Budaya Indonesia di Tokyo, Sabtu.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo Yusli Wardiatno mengatakan kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk memperbanyak warga Jepang yang cinta terhadap Indonesia atau yang disebut dengan Indonesianis.
“Program ini bertujuan membuanakan budaya Indonesia di negara-negara akreditasi. Tentu saja ini sangat penting karena Kementerian Luar Negeri sendiri ingin terus mendorong agar Indonesianis di negara-negara akreditasi itu terus bertambah. Oleh karena itu, ini menjadi salah satu wadah menjadi salah satu media, untuk meningkatkan jumlah Indonesianis tadi,” katanya.
Kegiatan tersebut juga masih dalam suasana pascakunjungan bersejarah Kaisar Naruhito ke Indonesia, sehingga diharapkan dapat memperkuat hubungan antarwarga negara (people-to-people connection) Indonesia dan Jepang.
“Ini salah satu upaya merekatkan hubungan Indonesia dengan Jepang. Jangan lelah mencintai Indonesia ya,” ujarnya.
Yusli menjelaskan teh dipilih karena mencerminkan kekhasan nusantara selain kopi. Sebelumnya juga diadakan festival kopi Indonesia dan mendapat sambutan dan pujian yang sangat baik dari masyarakat Negeri Sakura itu.
“Kita ingin mengenalkan hasil alam lain dari Indonesia yang sebelumnya sudah diminati di negara-negara lain. Kita ingin lebih banyak lagi warga Jepang mengenal hasil alam Indonesia dan salah satunya adalah teh. Dan teh ini saya yakin betul ke depannya akan diminati oleh warga Jepang,” katanya.
Berbagai teh disajikan mulai dari teh melati, teh mawar, teh hijau hingga teh daun kelor khas Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain teh tubruk dan teh kantong, juga dipaparkan teh kemasan siap minum yang sudah populer di Indonesia dan berbagai negara.
Baca juga: Akademisi: teh Indonesia berpotensi miliki pasar seperti kopi
Pengunjung juga diajak untuk mengikuti demo masak dan ikut mencicipi camilan khas Indonesia, yakni kembang goyang.
Selain kuliner, terdapat lokakarya singkat untuk mempelajari gamelan Bali, yakni Rindik, dan para pengunjung bergantian mencoba alat musik tradisional itu.
Yusli berharap dengan adanya pengenalan alat musik itu, warga Jepang semakin penasaran dan dapat mempelajari langsung dari Bali.
Pengunjung juga berkesempatan untuk mengenal dan mengenakan kain batik selagi menikmati teh serta camilan hangat.
“Kita berharap semakin banyak warga Jepang yang berbahasa Indonesia dan juga mengenal budaya Indonesia dan mereka mampu dan mau menjadi duta budaya Indonesia di Jepang,” katanya.
Salah satu pengunjung bernama Yamauchi mengaku ingin mempelajari lebih banyak tentang teh Indonesia setelah sempat menjadi mitra pengajar Bahasa Jepang di Indonesia beberapa tahun silam.
“Acara ini bagus sekali. Saya ingin tahu tentang teh Indonesia. Saya suka sekali teh poci dan setiap kali ke Indonesia, saya pesan teh poci. Kali ini, saya mau coba teh yang lain,” kata wanita yang juga pencinta batik itu.
Ia menuturkan perbedaan teh Indonesia dan teh Jepang adalah pada rasa manis. Menurut dia, teh Indonesia umumnya dicampur dengan gula, sementara teh di Jepang disajikan tawar.
“(Perbedaannya) rasa manis. Saya kalau pesan teh poci di Indonesia tanpa gula, saya suka,” katanya.
Namun, menurut dia rasa asli teh, yakni rasa pahit teh Indonesia lebih enak, terutama dinikmati saat cuaca panas.
Pada akhir acara, pengunjung bersama-sama menyantap nasi bungkus yang merupakan perpaduan antara nasi, tumis sayur, ayam goreng, sambal, dan kerupuk.
Baca juga: Asosiasi Teh Indonesia tanda tangani kerja sama dengan asosiasi China
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023