Kesepakatan awal itu ditandantangani Direktur Eksekutif Ferrostal GmbH, Klaus Lesker, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Chatib Basri, dan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, di Berlin, Senin.
Instalasi petrokimia hilir yang akan beroperasi mulai 2019 itu menghasilkan metanol, propilen, dan polipropilen dari gas bumi Teluk Bintuni.
Ferrostaal, menurut siaran pers Kementerian Perindustrian, akan menstrukturkan investasi proyek instalasi petrokimia itu baik oleh mitra investasi luar negeri atau pun lokal.
Kementerian Perindustrian juga berencana membagi pengadaan gas dari sumber daya alam dan lahan bagunan di kawasan industri itu mulai April 2013.
KIaus Lesker mengatakan proyek instalasi petrokimia itu akan menyerap sekitar 3000 tenaga kerja, secara langsung dan tidak langsung.
Gas bumi dan sumber daya alam di sekitar kawasan Teluk Bintuni disebut mampu mendukung kompleks instalasi petrokimia hilir hingga 25 tahun.
Instalasi hilir itu, lanjut Klaus, setiap tahun akan menghasilkan 400 ribu ton polipropilen, bahan sintetik dan produk sampingan bensin sekitar 150 ribu ton, serta gas cari 34 ribu ton yang diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Kementerian Perindustrian menyebut proyek instalasi petrokimia hilir mendukung realisasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) terkait industrialisasi berkelanjutan 2030 dan pembangunan ekonomi di Indonesia Timur.
(I026)
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013