Yen menyusut 0,03 persen menjadi 144,38 per dolar pada jam-jam awal perdagangan Asia untuk memulai paruh kedua tahun ini setelah turun 9,0 persen terhadap dolar dalam enam bulan pertama tahun ini.
Terhadap euro, yen melayang di 157,495, di bawah level terendah 15 tahun di 158 yang disentuh minggu lalu. Yen berada di 183,47 per sterling, tepat di bawah level terendah tujuh setengah tahun di 183,86 yang dicapai pada Jumat (30/6/2023).
Mata uang Asia itu secara singkat melewati 145 per dolar pada Jumat (30/6/2023), mencapai level terendah delapan bulan di 145,07 karena investor mengawasi apakah otoritas Jepang akan melakukan intervensi di pasar mata uang.
Menteri Keuangan Shunichi Suzuki pada Jumat (30/6/2023) mengatakan Jepang akan mengambil langkah yang tepat dalam menanggapi pelemahan yen yang berlebihan, dalam komentar terbaru dari menteri dan pejabat pemerintah.
"Intervensi paling baik dipahami sebagai tangga eskalasi," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Forex. "Di antara anak tangga tertinggi adalah intervensi terkoordinasi... Anak tangga rendah di tangga eskalasi adalah berbagai jenis intervensi verbal."
Jepang membeli yen pada September, serangan pertama di pasar untuk meningkatkan mata uangnya sejak 1998, setelah keputusan Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk mempertahankan kebijakan ultra-longgar mendorong yen ke 145 per dolar.
Otoritas Jepang mengintervensi lagi pada Oktober setelah yen jatuh ke level terendah 32 tahun di 151,94. Namun, sentimen bisnis membaik pada kuartal kedua karena berkurangnya kendala pasokan dan penghapusan pembatasan pandemi mengangkat produksi dan konsumsi pabrik, sebuah survei bank sentral menunjukkan, sebuah tanda ekonomi berada di jalur pemulihan yang stabil.
Fokus investor minggu ini akan tertuju pada risalah pertemuan Juni Federal Reserve AS yang dijadwalkan pada Rabu (5/6/2023). Bank sentral memutuskan untuk membiarkan suku bunga tidak berubah dalam pertemuan Juni tetapi mengisyaratkan bahwa biaya pinjaman mungkin masih perlu naik sebanyak setengah poin persentase hingga akhir tahun.
Data pada Jumat (30/6/2023) menunjukkan inflasi yang lebih dingin dari perkiraan pada Mei, sementara belanja konsumen secara tak terduga melambat, memberikan bukti lebih lanjut bahwa kenaikan suku bunga Fed memiliki efek yang diinginkan.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,1 persen pada Mei setelah naik 0,4 persen pada April. Indeks PCE naik 3,8 persen secara tahunan, melambat dari revisi 4,3 persen bulan sebelumnya.
Pengukur PCE masih jauh di atas target inflasi Fed 2,0 persen. "Ekonomi AS tidak melambat seperti yang diperkirakan," kata ahli strategi Citi dalam catatan klien. "Pertumbuhan pekerjaan yang sangat kuat membuat pasar tenaga kerja tetap ketat sambil memberikan daya beli nominal untuk mendorong konsumsi jasa-jasa."
Pasar memperkirakan peluang 84 persen untuk kenaikan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Juli, alat CME FedWatch menunjukkan. Perhatian investor juga akan tertuju pada Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja, atau JOLTS dan laporan gaji bulanan yang akan dirilis akhir pekan ini yang akan membantu mengukur pasar tenaga kerja di Amerika Serikat.
Terhadap sekeranjang mata uang, dolar berada di 102,94, setelah turun 0,4 persen pada Jumat (30/6/2023). Euro turun 0,04 persen menjadi 1,0906 dolar. Sterling terakhir turun 0,08 persen menjadi dikutip pada 1,2694 dolar.
Dolar Australia turun 0,14 persen menjadi 0,666 dolar AS, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,16 peren menjadi 0,613 dolar AS.
Di pasar uang kripto, bitcoin terakhir naik 1,02 persen menjadi 30.699,00 dolar AS. Ethereum terakhir naik 0,88 persen menjadi 1.943,94 dolar AS.
Baca juga: Dolar turun karena data ekonomi tunjukkan pendinginan belanja konsumen
Baca juga: Yen jatuh tembus 145 per dolar, otoritas Jepang berpotensi intervensi
Baca juga: Yen di bawah tekanan, Aussie merosot karena inflasi melambat
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023