Serangan tersebut merupakan operasi terbesar di Tepi Barat selama 20 tahun terakhir yang melibatkan hingga ratusan tentara dalam pertempuran senjata sporadis, yang berlangsung sepanjang malam.
Rentetan senjata dan ledakan terdengar sepanjang hari saat pertikaian berlanjut antara tentara Israel dan pejuang Palestina dari Brigade Jenin, unit yang terdiri atas kelompok militan di kamp pengungsi terpadat di kota tersebut.
"Apa yang terjadi di kamp pengungsi adalah perang sesungguhnya," kata pengemudi ambulans Palestina, Khaled Alahmad.
"Ada serangan dari langit yang menargetkan kamp, setiap kali kami memasukinya, sekitar lima hingga tujuh ambulans, kami kembali dengan banyak korban terluka," katanya, menambahkan.
Pada Senin (3/7) pagi, sedikitnya enam drone dapat terlihat mengitari kota dan kamp di sekitarnya, sebuah kawasan padat penduduk yang menjadi tempat tinggal sekitar 14.000 pengungsi di wilayah dengan luas kurang dari 0,5 kilometer persegi.
Kamp itu menjadi pusat eskalasi kekerasan di sepanjang Tepi Barat yang telah memicu kewaspadaan yang meningkat dari Washington hingga dunia Arab, namun masih belum dapat membuka kembali negosiasi politik yang telah terhambat selama hampir satu dekade.
Selama lebih dari setahun, serangan tentara di kota-kota seperti Jenin telah menjadi rutinitas. Sementara itu, juga terjadi serangkaian serangan mematikan dari pejuang Palestina terhadap warga Israel serta amukan gerombolan pemukim Yahudi terhadap desa-desa Palestina.
Kementerian kesehatan Palestina telah memastikan bahwa sedikitnya delapan orang tewas dan lebih dari 50 lainnya terluka di Jenin, sementara satu orang tewas di Ramallah malam sebelumnya --ditembak di bagian kepala di sebuah pos pemeriksaan.
Militer Israel menyatakan pasukannya menggempur sebuah bangunan yang berfungsi sebagai pusat komando bagi para pejuang dari Brigade Jenin dengan melakukan serangan drone "tepat sasaran" yang menggunakan muatan amunisi kecil.
Militer Israel menggambarkan operasi tersebut sebagai upaya kontraterorisme guna menghancurkan infrastruktur serta menyulitkan militan untuk menggunakan kamp pengungsi sebagai basis.
Saat operasi berlangsung, buldoser-buldoser lapis baja Israel menggali jalan di dalam kota untuk mencari alat peledak rakitan yang tersembunyi sehingga memutus pasokan air dan listrik, kata pemerintah Kota Jenin.
Penduduk setempat menggambarkan tentara menerobos tembok untuk berpindah dari rumah ke rumah.
"Tidak ada yang aman di dalam kamp. Mereka menggali jalan dengan buldoser. Mengapa? Apa yang dilakukan kamp?" kata Hussein Zeidan (67 tahun), yang memulihkan luka-lukanya di dalam rumah sakit.
Di Washington, Departemen Luar Negeri AS menyatakan pihaknya mengamati dengan cermat situasi di Jenin.
Seorang juru bicara Deplu AS menyatakan sangat penting bahwa semua kemungkinan tindakan kehati-hatian diambil untuk mencegah warga sipil menjadi korban jiwa.
Seorang juru bicara militer Israel menyatakan operasi itu akan berlangsung selama diperlukan dan pasukan yang ada tetap dikerahkan untuk waktu yang lama.
Operasi pada Senin, yang melibatkan pasukan yang digambarkan "seukuran brigade" -menunjukkan sekitar 1.000-2.000 tentara- dimaksudkan untuk "menghilangkan pola pikir yang aman dari kamp, yang telah menjadi sebuah sarang lebah", kata juru bicara tersebut.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan telah menangguhkan kontak dengan Israel dan menyerukan "perlindungan internasional untuk rakyat kami".
Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Timur Tengah Tor Wennesland mengatakan dia sedang berbicara dengan semua pihak untuk mengurangi ketegangan dan memastikan akses kemanusiaan.
Ratusan pejuang dari kelompok militan termasuk Hamas, Jihad Islam, dan Fatah bermarkas di kamp tersebut, yang didirikan 70 tahun lalu untuk menampung para pengungsi setelah perang 1948 yang menyertai pembentukan Israel.
Para pejuang memiliki berbagai senjata dan gudang alat peledak yang terus berkembang.
Sumber: Reuters
Baca juga: Indonesia kecam serangan militer Israel di Jenin
Baca juga: OKI kutuk kejahatan pasukan Israel di Jenin
Pasukan Israel menyerbu desa dan meledakkan rumah di dekat Jenin
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023