Guru Besar Tetap Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Rini Riastuti menyatakan korosi yang merusak struktur logam yang terus terjadi akan menimbulkan kerugian baik ekonomi maupun kesehatan.Korosi juga menimbulkan 'loss of product' karena adanya kebocoran kontainer, tangki, atau perpipaan, serta 'loss of efficiency'
Korosi dikenal awam dengan istilah karat (rust). Korosi logam terjadi akibat penurunan kualitas atau perusakan permukaan logam pada lingkungan yang agresif berupa cairan, gas,atau tanah.
Menurut Prof. Rini Riastuti di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Jumat, korosi menyebabkan penampilan visual benda menjadi buruk dan industri mengalami plant downtime (waktu henti pabrik) karena harus mengganti peralatan yang terkorosi.
"Korosi juga menimbulkan loss of product karena adanya kebocoran kontainer, tangki, atau perpipaan, serta loss of efficiency karena industri mengeluarkan biaya cukup tinggi," katanya.
Selain kerugian ekonomi, korosi logam juga dapat menimbulkan kontaminasi yang merugikan kesehatan. Misalnya, apabila kaleng kemasan makanan penyok, makanan yang ada di dalamnya akan terkontaminasi lapisan timah putih dalam kaleng yang terkelupas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengendalikan dan menghambat reaksi korosi. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengendalikan dan menghambat reaksi korosi.
Baca juga: LPEM UI sebut konsumen tetap minati layanan digital usai pandemi
Yaitu melalui penggunaan inhibitor yang aman. Inhibitor adalah zat kimia (organik dan anorganik) yang ditambahkan ke sistem dalam jumlah sedikit, dan membentuk lapisan pasif pada permukaan logam yang akan diproteksi.
Biasanya inhibitor berupa cairan ataupun uap yang digunakan pada pipa transportasi air dan minyak ataupun gas.
"Saat ini, mahasiswa Departemen Metalurgi dan Material FTUI banyak melakukan penelitian pemanfaatan tumbuhan, baik daun, buah, maupun kulit kayu, untuk dijadikan inhibitor," katanya.
Contoh yang sudah diteliti adalah daun sirih, daun teh hijau, daun teh putih, daun sirsak, daun bayam merah, buah jamblang, kayu secang, kulit buah manggis dan masih banyak lagi.
Semua bahan ini mengandung zat polyphenolic dan anthocyanin sebagai antioksidan tinggi yang diharapkan dapat menjadi inhibitor ramah lingkungan.
Upaya pencegahan terjadinya korosi logam juga dapat dilakukan dengan metode pelapisan (coating), seperti lapis listrik, galvanisasi, dan organic coating (cat).
Pelapisan pada dasarnya memberi penghalang (barrier) untuk menghambat air dan oksigen berkontak langsung dengan permukaan besi.
Selain itu, proteksi logam dengan metode proteksi katodik dapat menjadi pilihan untuk industri besar. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan anoda korban ataupun impressed current.
Rini menilai proses korosi tidak pernah berhenti. Untuk itu, perlu adanya sosialisassi terkait korosi, mulai dari tingkat edukasi, fungsi dari personel yang diperlukan, serta kursus dan pelatihan tentang kasus korosi.
Baca juga: Indonesia jadi Keketuaan Asean wujudkan kemajuan ekonomi bersama
Baca juga: UI kenalkan ilmu ketahanan usaha di Perkampungan Budaya Betawi
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023