"Menjadi tanggung jawab setiap manusia untuk memikirkan cara supaya masyarakat manusia di atas bumi yang kecil ini, di masa depan sungguh-sungguh mampu untuk mengembangkan kehidupan yang harmonis di antara perbedaan-perbedaan yang mereka miliki itu," ujar Gus Yahya, sapaan akrab Yahya Cholil Staquf, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Karena, tuturnya melanjutkan, apabila tidak, maka tidak ada arah lain dari konflik antar-perbedaan itu yang kemungkinan terus terjadi di antara manusia selain kehancuran bersama.
Tindakan yang menyebabkan konflik, katanya, akan dikutuk oleh semua karena mengganggu harmoni. Maka, karena menciptakan harmoni adalah cita-cita suci dan ajaran agung semua agama, maka ia wajib diperjuangkan oleh semua umat manusia.
Menurut Gus Yahya, semua orang memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan kehidupan yang harmonis di masa depan untuk menghindari konflik berkepanjangan.
Jika tidak, konflik antar-perbedaan di dunia ini akan terus terjadi dan menghancurkan kemanusiaan.
Secara singkat, Gus Yahya menyinggung latar belakang lahirnya Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai sebuah konsensus untuk hidup berdampingan secara damai bagi masyarakat dunia.
Setelah Perang Dunia II, muncul kesadaran di kalangan masyarakat internasional untuk menginisiasi satu tatanan baru yang bisa memaksa semua orang untuk mengembangkan kemampuan hidup berdampingan secara damai.
"Maka lahirlah Piagam PBB yang kemudian disusul dengan operasionalisasi PBB sebagai organisasi pada 1945. Kita tahu dalam sejarah bahwa ini bukan hal yang mudah," ujarnya.
Sesudah konsensus internasional itu lahir, dunia ini tidak serta-merta menjadi damai tanpa ada konflik. Gus Yahya mengatakan bahwa sampai hari ini konflik di antara aspirasi politik dan ekonomi yang berbeda-beda masih saja berlangsung dan muncul.
"Kalau konflik-konflik yang ada ini kita biarkan dan potensi-potensi konflik kita perbolehkan untuk berkembang menjadi konflik-konflik yang aktual, (maka) tidak ada masa depan bagi dunia ini selain kehancuran bersama," tutur Gus Yahya.
Sebagai informasi, Sosialiasi R20 Menuju ASEAN IIDC 2023 di Palembang ini dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya Dirjen Bimas Islam Kemenag RI H Kamaruddin Amin, Rektor UIN Raden Fatah Palembang Nyayu Khodijah, Dirjen Kerja Sama ASEAN Kemenlu RI Sidharto R Suryodipuro, dan Staf Ahli Hubungan Antar-lembaga Kemenlu RI Habib Muhsin Syihab.
Rencananya, ASEAN IIDC akan diselenggarakan pada September 2023 sebagai bagian dari penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Kegiatan yang akan membahas tentang peradaban masyarakat di kawasan Indo-Pasifik itu akan digelar setelah KTT ASEAN.
Gelaran ASEAN IIDC 2023 ini telah mendapat persetujuan dan dukungan dari Presiden RI Joko Widodo. Di forum ini, PBNU akan mengundang para tokoh lintas agama di kawasan ASEAN.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023