• Beranda
  • Berita
  • Pasien sakit jantung yang tak bisa jalani bedah invasif minimal

Pasien sakit jantung yang tak bisa jalani bedah invasif minimal

13 Juli 2023 17:04 WIB
Pasien sakit jantung yang tak bisa jalani bedah invasif minimal
Ilustrasi seseorang merasa sakit di dada sebelah kiri (ANTARA/Pexels/Puwadon Sang-ngern)

Operasi katup misalnya, tergantung jenis katup yang dipakai

Pakar bedah toraks kardiovaskular dr Dicky Allgheri Wartono, Sp.BTKV (K) dari Heartology mengatakan ada sejumlah kondisi yang membuat pasien sakit jantung tidak memungkinkan menjalani tindakan bedah invasif minimal atau Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS), salah satunya bertubuh sangat gemuk.

"Prosedur untuk pasien yang kurus pun sudah sangat panjang, kalau pada pasien gemuk tidak sampai kadang-kadang alat-alatnya ke dalam jantung sehingga tentunya tidak bisa dioperasi," ujar dia dalam acara yang digelar daring, Kamis.

Dicky mengatakan, pasien perlu memiliki berat badan minimal 40 kg demi optimalnya instrumen yang digunakan. Menurut dia, belum ada instrumen yang optimal pada pasien sakit jantung dengan bobot tubuh di bawah 40 kg.

Baca juga: Ketahui penyakit gagal jantung dan cara meminimalisirnya

Bentuk dada pasien yang tidak normal juga menjadi sebab pasien tak bisa menjalani operasi invasif minimal. Selain itu, pasien dengan fungsi jantung sudah tidak bagus dan pernah menjalani operasi jantung sebelumnya.

"Pasien kalau sebelumnya pernah operasi jantung begitu kita buka enggak bisa dilihat apa-apa karena semuanya lengket, enggak bisa bedakan mana jantung, selaput jantung, semua berbahaya," kata Dicky.

Dia tidak menganjurkan pasien dengan riwayat operasi jantung menjalani bedah invasif minimal karena memakan waktu yang sangat lama sehingga melelahkan pasien maupun dokter yang mengoperasinya.

Baca juga: Waspadai enam penyebab risiko serangan jantung di usia muda
 
Tangkapan layar slide presentasi pakar bedah toraks kardiovaskular dr Dicky Allgheri Wartono, Sp.BTKV (K) dari Heartology tentang bedah jantung konvensional atau terbuka (kiri) dan minimal invasif (kanan) dalam acara yang digelar daring, Kamis (13/7//2023). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)


Bedah jantung invasif minimal adalah prosedur pembedahan jantung melalui sayatan kurang dari 5 cm di bawah dada untuk mengakses jantung. Metode ini berbeda dengan bedah jantung konvensional di mana akses jantung harus melalui sayatan besar untuk membelah tulang dada (sternotomy).

Operasi yang bisa dilakukan dengan minimal invasif mencakup hampir semua jenis patologi di tubuh manusia yang mengenai jantung baik itu bawaan maupun generatif misalnya penyakit jantung koroner dan pergantian katup jantung.

Keunggulan dan manfaat yang didapatkan pasien dari operasi MICS ini yakni nilai kosmetik yang lebih baik karena luka operasi yang kecil, komplikasi yang minimal serta lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat untuk efisiensi biaya.

Pasien usai operasi MICS dapat kembali beraktivitas normal dengan lebih cepat, sehingga menghasilkan kualitas hidup yang baik bagi pasien.

Berbicara biaya, Marketing Director Heartology Cardiovascular Hospital dr Harmeni Wijaya, MD mengatakan jumlah uang yang harus dikeluarkan tidak sampai berkali-kali lipat operasi konvensional dan ini tergantung alat yang akan dipakai.

"Operasi katup misalnya, tergantung jenis katup yang dipakai," tutur dia.

Baca juga: Kemenkes: Kasus obesitas di Indonesia melonjak dalam 10 tahun terakhir

Baca juga: Pentingnya ukuran ring yang tepat bagi pasien jantung koroner

Baca juga: IVUS bantu penanganan penyakit jantung koroner jadi lebih optimal

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023