Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berupaya menyosialisasikan bahaya stunting pada remaja di Kepulauan Riau lewat telur yang ditukar dengan tiket film Gerakan Anambas Bebas Stunting (Gasing) yang diputar di Kepulauan Anambas.
“Pemutaran film pendek Gasing ini pertama kali ditonton secara umum di Kabupaten Lingga. Melalui komunitas yang disebut Mupen (mobil unit penerangan) Bioskop Komunitas (Mubikom) menggelar nonton bareng film pendek mengenai edukasi persiapan kehidupan berumah tangga,” kata Ketua Pokja 12: Advokasi dan KIE Perwakilan BKKBN Povinsi Kepri, Purnawati Nasution dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Purnawati menuturkan film yang dikemas secara ciamik ini berhasil menarik perhatian masyarakat karena mengusung konsep seperti menonton bioskop, namun penontonnya harus membawa minimal dua butir telur untuk bisa ditukar dengan tiket masuk.
Dari penukaran telur dan tiket tersebut, para remaja dapat menukarkannya kembali dengan makanan dan minuman ringan sembari menyaksikan pemutaran film yang berdurasi kurang lebih selama 30 menit.
"Penguatan pemahaman kepada masyarakat melalui sosialisasi atau kampanye percepatan penurunan stunting menjadi upaya delapan aksi dalam konvergensi percepatan penurunan stunting, akan terasa lebih mudah dan menarik, terutama dapat dipahami makna atau pesan yang disampaikan dari film tersebut," katanya.
Lebih lanjut Purnawati menjelaskan bahwa film itu dibuat oleh sekelompok anak muda kreatif dari Kabupaten Kepulauan Anambas, dengan tujuan memberi edukasi pencegahan stunting kepada kalangan remaja dari hulu.
Baca juga: BKKBN edukasi penurunan stunting ke keluarga pesisir Halmahera Barat
Film itu juga digagas Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan dan KB, serta Badan Penelitian, Pengembangan dan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kepulauan Anambas, sebagai salah satu upaya menyosialisasikan pencegahan dan penanganan stunting.
"Terutama dalam menumbuhkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, khususnya peran remaja dalam memahami persiapan kehidupan berumah tangga," katanya.
Perwakilan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga, Dahlia menambahkan, Gasing mengisahkan tentang kegagalan remaja yang menikah di usia dini, sangat rentan melahirkan anak stunting.
Kontennya begitu lekat dengan masyarakat karena kasus pernikahan dini di Kabupaten Lingga terbilang cukup tinggi. Pernikahan itu terjadi akibat pergaulan bebas yang sering menyebabkan kehamilan di luar pernikahan.
Akibatnya, KUA terpaksa harus menikahkan para remaja, dan mengawal pasangan dengan didampingi tenaga medis selama masa kehamilan sang ibu.
"Kami telah bekerja sama dengan dinas kesehatan terkait dan juga menyampaikan kepada calon pengantin tersebut untuk menghubungi tim pendamping keluarga, agar diberi pendampingan semasa kehamilannya," kata dia.
Baca juga: Dashat BKKBN tekankan nilai gotong royong dalam pengentasan stunting
Baca juga: Ahli sebut tidak ada vitamin penghilang stunting instan di apotek
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023