Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali belajar penghitungan mengenai proyek Light Rail Transit atau Lintas Rel Terpadu (LRT) di Pulau Dewata dari DKI Jakarta sebagai percontohan.LRT ini pilihan yang kira-kira akan bisa menyelesaikan masalah dari sekian banyak pilihan yang ada
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta di Denpasar, Senin, mengakui Bali tidak memiliki pengalaman dalam memprediksi biaya yang dibutuhkan dalam proyek tersebut, sehingga Pemprov Bali melakukan kerja sama dengan MRT Jakarta agar dapat menghitung dengan baik.
“Yang punya pengalaman itu DKI Jakarta dan kita tidak punya pengalaman sama sekali, karena itu tidak ada salahnya berbagi pengalaman supaya kita bisa melakukan penghitungan, analisis teknis, keuangan, maupun bisnisnya,” kata Samsi.
Sejauh ini, berdasarkan hasil perhitungan yang Pemprov Bali lakukan bersama investor mengenai kondisi tanah dan kesulitan di Pulau Dewata, ditemukan angka sekitar Rp10 triliun untuk mewujudkan LRT.
Biaya tersebut untuk membangun LRT dengan jalur sepanjang 9,4 km dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju Sentral Parkir Kuta, dan Seminyak.
Baca juga: Dishub Bali mengajukan skema atasi kemacetan kawasan Pelabuhan Sanur
Baca juga: Dishub: Tahap studi kelayakan proyek LRT di Bali selesai tahun 2023
Akan tetapi, menurut Samsi, biaya ini belum kembali dikoreksi, dilihat teknis secara detil dan ditentukan model bisnis apa yang paling tepat untuk diterapkan.
Selain DKI Jakarta yang membagikan pengalamannya kepada Bali, negara Korea Selatan juga menawarkan bantuan yaitu berupa pembiayaan yang saat ini sedang dihitung detilnya.
Pembangunan LRT sendiri dinilai yang paling tepat jika melihat permintaannya ke depan, apalagi jalanan di Bali tidak lagi dapat dibangun lantaran terlalu sempit.
“Kemudian sulit membangun infrastruktur lewat atas atau menggunakan fly over terlalu panjang, penerimaannya di masyarakat masih belum. Nah LRT ini pilihan yang kira-kira akan bisa menyelesaikan masalah dari sekian banyak pilihan yang ada,” tutur Kepala Dishub Bali itu.
Pemerintah daerah juga melihat lalu lintas di Bali kian padat, terutama saat musim liburan, bahkan wisatawan kerap memilih menyewa kendaraan karena keterbatasan transportasi publik.
Hingga saat ini Dishub mencatat ada 4,4 juta kendaraan roda dua dan roda empat yang terdaftar di Bali, di mana jumlah ini meningkat dari sekitar 2,6 juta unit saat masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Dishub Bali minta perusahaan kendaraan listrik 15 persen konten lokal
Baca juga: Dishub Bali imbau masyarakat gunakan transportasi umum
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023