Arief menyampaikan, PGN diberikan mandat untuk mengawal transisi energi. Penggunaan gas alam dinilai menjadi alternatif untuk masa transisi antara energi konvensional menjadi energi baru terbarukan (EBT).
"Ini menjadi peluang, apakah membangun pipa, membangun LNG (gas alam cair), CNG (gas alam terkompresi) dan sebagainya. Sekarang bagaimana kita mengembangkan bisnis dan peluang baru, itu strategi kita juga untuk mengembangkan energi ritel seluruh Indonesia," ujar Arief dalam webinar Aspebindo di Jakarta, Selasa.
Arief menjelaskan, membangun dan mengembangkan jaringan gas kota (jargas) bertujuan untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan dan meningkatkan utilisasi gas sebagai transisi menuju NZE.
Selain itu, jargas juga bertujuan untuk membantu dalam mengurangi beban negara dalam subsidi LPG yang telah mencapai Rp100 triliun. LPG khususnya yang berupa 3 kilogram pun lebih banyak diimpor dari negara lain.
"Dengan jargas untuk rumah tangga lebih banyak sehingga bisa mengurangi penggunaan LPG dan beban subsidi LPG, ini adalah tugas kita," kata Arief.
Sementara itu, anggota Komite BPH Migas Yapit Sapta mengatakan, penggunaan gas bumi perlu untuk lebih diakselerasi agar target emisi nol bersih bisa tercapai.
Menurut, gas bumi mampu menjadi alternatif energi yang bisa digunakan oleh masyarakat. Oleh karenanya, dibutuhkan kolaborasi antara PGN, BPH Migas, Kementerian ESDM, pihak swasta dan lainnya sehingga penggunaan EBT meningkat.
"Kecenderungan masyarakat untuk menggunakan energi dari EBT makin besar, tapi kan tidak bisa langsung switch jadi gas bumi ini transisi, harus menjadi idola," kata Yapit.
Baca juga: PGN Saka terapkan dekarbonisasi dalam operasional lifting migas
Baca juga: PGN dan Pertamina NRE jajaki kerja sama bisnis rendah karbon
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023