Peternakan kerbau di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten hingga kini masih menjadikan andalan pendapatan ekonomi petani guna meningkatkan kesejahteraan keluarga.
"Kita bisa membangun rumah hingga pendidikan anak dari penjualan kerbau,"kata Sapri (57 ), seorang peternak asal Curugbitung, Kabupaten Lebak, Minggu.
Peternak kerbau diwilayahnya cukup berkembang dan hampir semua petani di sini memiliki ternak besar, karena masih banyak lahan tanah lapang.
Mereka petani itu secara tradisional dengan mengembalakan ternaknya di tanah lapang yang banyak rerumputan.
"Kami setiap hari melepaskan ternak kerbau di lahan tanah lapang, karena terdapat pakan rerumputan hijau itu," kata Sapri menjelaskan.
Menurut dia, usaha pengembangan ternak kerbau itu cukup membantu ekonomi keluarga.
Sebab, dirinya memiliki ternak kerbau sekitar 35 ekor dan bisa menjual antara lima sampai tujuh ekor dan bisa menghasilkan pendapatan ekonomi Rp150 juta per tahun.
"Saya kira pendapatan sebesar itu tentu bisa membantu ekonomi keluarga,"katanya menjelaskan.
Begitu juga Sara (60), warga Sajira Kabupaten Lebak mengaku, dirinya hingga kini mengembangkan usaha kerbau sehingga dua anaknya kini menjadi guru negeri SD dan SMP setelah menyandang sarjana pendidikan.
Pengembangan usaha ternak kerbau tentu menguntungkan sebagai usaha andalan ekonomi petani.
Apalagi, di wilayahnya terdapat perkebunan kelapa sawit sehingga tumbuh rerumputan yang hijau untuk dijadikan pakan ternak kerbau.
Setiap hari, kata dia,ratusan ekor kerbau dilepas di lahan perkebunan untuk memanfaatkan rerumputan itu.
"Kami setelah mengerjakan di kebun ladang menanam singkong dan lengkuas terpaksa menggembala kerbau
di sekitar perkebunan kelapa sawit itu,"katanya menjelaskan.
Ia menyebutkan, dirinya kini memiliki 35 ekor kerbau dan bisa menjual sekitar enam ekor hingga menghasilkan pendapatan Rp130 juta.
Harga kerbau di sini antara Rp20 juta sampai Rp30 juta/ekor dan tergantung kualitas.
"Jika lebaran kurban bisa mencapai Rp35 juta/ekor,"kata Sara.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lebak, Rahmat mengatakan, pemerintah daerah terus mengembangkan rekayasa teknologi inseminasi buatan (IB) dengan membuka posko pelayanan di sejumlah kecamatan.
Saat ini, kata dia, jumlah populasi kerbau sekitar 14 ribu ekor dari sebelumnya 19 ribu ekor.
Berkurangnya, populasi kerbau itu, karena banyak hewan ternak itu dipotong dan dipasok ke luar daerah, seperti Tangerang, Jakarta, dan Bogor.
Ternak yang dikembangkan petani itu jenis kerbau lumpur yang berat badannya bisa mencapai 500-700 kilogram.
Selama ini, teknik budidaya kerbau yang ada di petani sangat tradisional dan perlu adanya peningkatan populasi.
"Kami ke depan akan mengembangkan teknik budidaya agar jumlah ternak kerbau meningkat dari keturunan anak sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani," kata Rahmat.
Baca juga: Bulog pasok daging kerbau beku Rp80.000/kg di Alfamidi
Baca juga: Pemerintah siapkan daging kerbau murah atasi gejolak harga daging sapi
Baca juga: Bulog pasok daging kerbau beku Rp80.000/kg di Alfamidi
Baca juga: Pemerintah siapkan daging kerbau murah atasi gejolak harga daging sapi
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023