"Abdoel Moeis dinilai paling aktif dalam pergerakan nasional di zaman penjajahan Belanda," kata Taufiq Ismail, sastrawan senior Indonesia di Bukittinggi, Minggu.
Taufiq juga mengemukakan Abdoel Moeis memiliki banyak karya yang fenomenal seperti novel Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Surapati (1950) dan sejumlah terjemahan novel sastra dunia.
Penetapan tanggal tersebut dilakukan Wakil Menteri Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti saat acara Maklumat Hari Sastra Indonesia di gedung SMA 2 Bukittinggi.
Acara tersebut dihadiri puluhan sastrawan Indonesia.
Abdoel Moeis yang lahir di Bukittinggi pada 3 Juli 1883 dipilih sebagai hari sastra Indonesia karena dia juga merupakan Pahlawan Kemerdekaan Nasional pertama dianugerahi Presiden Soekarno pada 30 Agustus 1959.
"Pada awalnya kami mencari naskah sastrawan terkemuka yang diterima Balai Pustaka. Tapi tidak berhasil menemukan tanggal terbitan pertama Balai Pustaka sehingga akhirnya panitia kecil menetapkan tanggal lahir Abdoel Moeis sebagai HSI," kata dia.
HSI itu digagas oleh sastrawan terkemuka Indonesia, seperti Ati Taufiq Ismail yang bertindak sebagai koordinator, Raudha Thaib, Harris Effendi Thahar, Darman Moenir, Rusli Marzuki Saria dan Taufiq Ismail.
Menurut dia, dipilihnya SMA 2 Bukittinggi sebagai lokasi penetapan HSI karena merupakan sekolah yang sangat bersejarah, serta tempat bersemainya sastra modern Indonesia.
"SMA 2 juga merupakan tempat lahirnya sastrawan-sastrawan pujangga baru di Indonesia. Dahulu, SMA 2 disebut sekolah Radja atau Kweekscholl," katanya.
Pewarta: Hamriadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013