Hal ini ditegaskan Sales Branch Manager Pertamina wilayah Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek Parrama Ramadhan Amyjaya saat dikonfirmasi terkait kelangkaan elpiji melon di Tulungagung, Rabu.
"(Dari Pertamina) tidak ada pengurangan (kuota) juga tidak ada kendala pengiriman," kata dia.
Bahkan hingga saat ini, pengawasan terus dilakukan. Namun menurutnya proses distribusi juga lancar.
Armada pengangkut gas elpiji dari Pertamina ke SPPBE-SPPBE maupun dari SPPBE ke jaringan distributor hingga pengecer juga tidak ada yang rusak ataupun macet.
"Bahkan saya cek ke pangkalan, kendaraan tidak ada yang rusak," katanya.
Namun penjelasan pihak Pertamina itu tidak sinkron dengan fakta ketersediaan gas elpiji bersubsidi di lapangan yang akhir-akhir ini cenderung "langka".
Di tingkat pangkalan dan pengecer, jatah elpiji juga dikurangi oleh SPPBE.
"Jatahnya dikurangi. Biasanya toko kami mendapat jatah 80 tabung, namun sekarang hanya diberi 20-30 tabung saja. Katanya untuk pemerataan dengan yang lain," katanya.
Jumlah itu habis dalam waktu tiga-empat hari.
Padahal jadwal droping gas ke tokonya dijadwalkan tiap dua pekan sekali, sehingga dirinya harus menunggu selama 10 hari untuk stok gas di tokonya.
Nasrul melanjutkan, meski langka harga di pasaran tak ada kenaikan. Pertarungan dijual dengan harga antara Rp17 ribu hingga Rp17.500.
Baca juga: Pertamina dan Pemkab Banyuwangi tambah pasokan elpiji 32 persen/ hari
Baca juga: Pertamina tambah pasokan elpiji tiga kilogram di Bali
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023