Hasil pemantauan pada aplikasi JAKI, di Jakarta, menunjukkan kualitas udara di Jakarta Timur tidak sehat dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 mencapai 129 dan Jakarta Utara mencapai 103.
Umumnya, kualitas udara dinyatakan baik apabila pantauan ISPU di suatu wilayah kota menunjukkan angka di bawah 50.
Dengan tingginya angka PM2,5 itu, maka anggota kelompok masyarakat yang sensitif terhadap kualitas udara berpotensi mengalami efek kesehatan, meskipun masyarakat umum tidak mungkin terpengaruh.
Selain Jakarta Timur dan Jakarta Utara, ISPU di wilayah kota Jakarta lainnya terpantau sedang, yakni Jakarta Pusat (99), Jakarta Selatan (97) dan Jakarta Barat (53).
Sementara itu, pada situs pemantauan IQ Air pada Kamis, pukul 07.00 WIB, Jakarta, diklasifikasikan sebagai kota nomor lima dengan pencemaran udara tertinggi di Indonesia.
Adapun indeks kualitas udara (IKU) di Jakarta, Indonesia mencapai 168, dinilai lebih tercemar dibanding Baghdad, Irak, dengan IKU 156.
IKU di Jakarta tinggi karena konsentrasi PM2.5 saat ini sudah 17,9 kali lebih tinggi dari nilai panduan kualitas udara WHO, dengan PM2,5 mencapai 89,6µg/m³, 03 mencapai 64.9µg/m³, dan sulfur dioksida (SO2) mencapai 11.2µg/m³.
Data kualitas udara diperoleh berdasarkan pantauan di 20 stasiun pemantau, di antaranya berada di Layar Permai (PIK), Jalan Raya Pejuangan (Kebon Jeruk), dan Jimbaran (Ancol).
Enam wilayah Jakarta berpotensi mengalami cuaca berawan sepanjang hari dengan suhu udara berada pada kisaran minimum 25 derajat hingga maksimum 34 derajat celsius.
Selain itu, angin bergerak dari timur laut menuju tenggara dengan kecepatan empat sampai 10 knot.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta memerinci cuaca berawan berpotensi di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu, dari pagi, siang dan malam hari.
Tingkat kelembaban udara diperkirakan berada pada kisaran 55 hingga 90 persen.
Namun tidak ada peringatan dini yang dikeluarkan BPBD DKI Jakarta.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan bahwa memasuki musim kemarau pada Mei hingga Agustus akan terjadi penurunan kualitas udara di Jakarta yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi PM2.5.
Hal tersebut terjadi karena curah hujan dan kecepatan angin rendah mengakibatkan PM2.5 terakumulasi dan melayang di udara dalam waktu yang lama.
Untuk itu, Asep menyarankan masyarakat mengenakan masker untuk mengurangi efek buruk dari kualitas udara di Jakarta yang tengah tidak baik.
Masyarakat juga didorong untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Baca juga: BMKG prakirakan cuaca di kota besar cenderung berawan
Baca juga: BMKG prakirakan Jakarta cerah berawan pada Minggu
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023