Pemilik usaha kerupuk lomang balado yang bermukim di Kuok, Kabupaten Kampar, itu ikut mengisi gerai bersama sekitar 160 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lainnya di halaman Kantor Gubernur Riau di Kota Pekanbaru.
Kerupuk lomang balado produksi Husni ini berhasil meraih juara III dari V produk terbaik pada ajang "Harvesting BBI dan BBWI 2023" yang dihelat oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Produk andalannya kerupuk lomang balado dan lomang maco itu berhasil mencuri hati juri sehingga berhak mendapat hadiah uang tunai Rp12 juta.
"Ini prestasi kami tahun 2023, tahun lalu kerupuk lomang balado juga dapat juara," kata Husni saat ditemui di acara yang berlangsung tiga hari itu.
Perempuan berusia 45 tahun ini memulai bisnis kerupuk lomang balado pada tahun 2013. Dia terdorong oleh tekanan ekonomi keluarga sehingga mencoba membuat kerupuk lomang yang merupakan jajanan ringan tradisional Kuok.
Bahan baku berupa ubi kayu yang terbilang mudah dan murah diperoleh sehingga tak butuh modal banyak untuk usaha rumahan ini.
Ia menitipkan kerupuk lomang buatannya ke warung sekitar rumah dan kantin sekolah. Harga sebungkus kerupuk lomang balado terjangkau semua kalangan.
Anak-anak juga ikut membantu mengupas ubi dan memarutnya sehingga mempermudah pekerjaan Husni.
Ia juga tidak malu untuk bertanya dalam setiap ada pelatihan bagaimana agar usaha kerupuk lomang baladonya maju. Ia juga selalu mempromosikan usahanya dari mulut ke mulut karena kala itu belum ada media sosial.
Selain untuk memperbaiki perekonomian, Husni juga berupaya melestarikan dan mengangkat camilan lokal ini menjadi kudapan kekinian yang disukai berbagai kalangan. Ia pun terus berlatih dan berinovasi, ikut pelatihan yang diselenggarakan di tingkat desa hingga ke tingkat provinsi.
Kemajuan usahanya kian pesat sejak 3 tahun terakhir semenjak menjadi binaan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Produk kerupuk lomang balado kekinian pun muncul dengan tampilannya menarik dan mengantongi izin.
Kerja keras Husni berbuah manis, dua produk kuliner khas Kabupaten Kampar yakni kerupuk maco dan kerupuk lomang balado naik kelas dari pemasaran yang sebatas di warung-warung kini merambah swalayan dan mal.
Kerupuk khas Kampar ini juga pernah meraih sejumlah penghargaan antara lain juara III Lomba Ketahanan Pangan 2019. Juara II nasional di ajang Lumbung Hidup Aisyiyah 2022 dua tahun berturut-turut. Terakhir, juara II Harvesting BBI dan BBWI 2023 di Riau.
Sekilas BBI dan BBWI
Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Keppres 15/2021 tentang Gernas Bangga Buatan Indonesia dan Gerakan Bangga Berwisata Indonesia pada 8 September 2021.
Tujuan peluncuran itu untuk lebih mendorong penguatan pertumbuhan ekonomi nasional melalui penguatan UMKM termasuk industri kecil dan menengah (IKM).
Presiden tidak tanggung-tanggung memasang target untuk masing-masing daerah mampu meraih transaksi sebesar Rp50 miliar dan 95 persen afirmasi belanja produk dalam negeri.
Untuk mewujudkan target program BBI, di Riau peluncurannya pada Maret 2023 melalui Festival Subayang di Kabupaten Kampar.
Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Riau Muhammad Nur mengatakan BBI dan BBWI adalah spirit bersama untuk kebangkitan UMKM dari hempasan pandemi COVID-19 yang terjadi.
Menurutnya, Gerakan Nasional BBI dan BBWI perlu dukungan berupa pendataan, pelatihan, akses permodalan, perluasan pasar, pelaksanaan kampanye, penganggaran, dan stimulus ekonomi. Hal ini juga untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri dan pariwisata sekaligus mempercepat perputaran ekonomi.
UMKM naik kelas
Selain Husni Marti, ada juga pegiat UMKM lainnya yang berprestasi. UMKM produsen bolu kemojo mini Makacha Bakery berhasil meraup cuan pada ajang Harvesting BBI dan BBWI di Riau.
Dijumpai di lokasi pameran, UMKM bolu kemojo mini kebanjiran order sampai-sampai membawa alat panggangan ke lapangan untuk melayani pengunjung yang membeludak.
"Permintaan bolu kemojo mini pada hari pertama Harvesting di luar ekspektasi, dan mencapai omzet Rp2 jutaan, kemarin, termasuk hari ke dua. Pagi hari baru buka juga langsung ramai," kata Dhifa yang merupakan Creatif Director Makacha Bakery.
Ia juga mengaku sangat terbantu sejak menjadi UMKM binaan BI dan OJK karena produk bolu kemojo mininya semakin dikenal masyarakat.
Untuk menjadi sukses seperti saat ini bukanlah tanpa perjuangan, bisnis jatuh bangun. Usaha milik orang tuanya sudah ada sejak 2016. Dari hanya mengandalkan tenaga kerja keluarga, kini bisa mempekerjakan 14 orang. Dari hanya berproduksi 750 kotak per bulan kini mampu berproduksi 7.500 kotak per bulan. Kemojo adalah kue tradisional manis berbahan dasar tepung beras berbentuk bunga dengan aneka rasa.
Kegigihan Mira kini berbuah manis selain mulai dikenal dan diminati, Makacha Bakery juga dinobatkan sebagai juara Wira Usaha Muda dengan produk bolu kemojo mini. Ia pun naik kelas.
Tak jauh beda, UMKM bergerak di bidang fesyen ini juga cukup menginspirasi. Dialah Andini, sang desainer yang memiliki usaha Andini Collection. Betapa tidak, karyanya yang baru dipamerkan pada ajang Harvesting BBI dan BBWI di Riau berhasil membuat Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK RI Friderica Widyasari Dewi kepincut, lalu langsung membeli setelan wanita berbahan tenun khas Riau tersebut.
"Tema motif dan warna dari fesyen wanita tenun Riau ini 'Lancang Berlayar' di mana perpaduan warna merah maron dan biru menggambarkan pertualangan di laut yang berlangsung dari pagi hingga malam hari," terang Andini kepada tim BI dan OJK yang menyaksikan pameran busana.
Andini terlihat semringah karena karyanya diminati petinggi OJK, dan ini menggambarkan usahanya mulai diperhitungkan dan naik kelas. Ia yang memulai debut sebagai desainer delapan tahun lalu, merasa terbantu sejak ikut dibina BI tiga tahun terakhir.
"Ini tenunan asli ATBM (alat tenun bukan mesin), yang dibuat perajin Riau, saya yang mendesain" tegasnya.
Kreativitasnya muncul untuk menciptakan fesyen berbahan tenun yang simpel dan bisa dipakai sehari-hari, kerja kantoran dan beraktivitas biasa. Ia berkolaborasi dengan penenun Putri Kemuning untuk menciptakan motif-motif unik.
Berkat dukungan BI, Andini bisa berinovasi menciptakan produk tenunan khas Riau yang selama ini digunakan hanya untuk acara resmi kenegaraan atau kerajaan, namun kini bisa dipakai sebagai pakaian sehari-hari, tidak kaku dan ringan.
Selain bisa dipakai sehari-hari, kelebihan tenun khas Riau itu tetap tidak hilang dan tetap ada pada setiap motif dan warnanya yang sarat makna.
Kemampuan desainnya ini terbukti pada tahun lalu berhasil menyabet juara I lomba fesyen syariah dan diutus ke Aceh mewakili Riau untuk ajang yang lebih tinggi.
Kini produknya sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga Malaysia. Walau demikian, ia belum puas.
Andini masih menyimpan mimpi untuk menjadikan tenun Riau semakin diterima dunia.
Pewarta: Bayu Agustari Adha/Vera Lusiana
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023